SOLO-Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Kementerian Perrtanian Dr Ir Riwantoro MM menegaskan, E Commerce bidang pertanian yang dikembangkan pemerintah akan mampu memangkas rantai pasok pemasaran produk secara signifikan dari petani ke konsumen. Hasilnya, produk pangan yang diterima konsumen akan lebih rendah dikisaran 10- 20 persen dibandingkan pasaran umum.
“Melalui sistem e commerce, rantai pasok dipersingkat hanya melalui tiga titik. Yakni dari kelompok tani dijual ke toko tani dan selanjutnya disalurkan ke konsumen” ungkap Sekertaris Badan Ketahanan Pangan Kementrian Perrtanian Dr Ir Riwantoro MM saat ditemui sesaat hendak menjadi pembicara kunci pada Seminar Nasional dan Rapat Praloknas FK PTPI BKS wilayah Timur di Fakultas Pertanian UNS Surakarta, Rabu (27/3).
Modernisasi bidang pertanian , lanjut Dr Ir Riwantoro MM, terus dilakukan pemerintah. Tahun lalu modernisasi dimulai dengan mekanisasi budi dayanya dan sekarang ini pemerintah tengah membantu memasarkan produknya. Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian membina kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan sebagai upaya memotong rantai pasok produk ke konsumen dengan menerapkan e commerce.
Selama ini produk pertanian dari produsen/ petani untuk bisa sampai ke tangan konsumen harus melewati sekitar delapan hingga sembilan titik. Melalui sistem e commerce , rantai pasok dipersingkat hanya melalui tiga titik. Yakni dari kelompok tani dijual ke toko tani dan selanjutnya disalurkan ke konsumen.
Pada sistem e commerce, petani tak perlu repot menawarkan produknya. Selain itu keberadaan toko tani sudah tersebar diseluruh Indonesia. Terdapat 4.000 toko tani dan tiap tahun akan bertambah 1000 buah. Digitalisasi di bidang pertanian tak hanya di onfarm saja, karena saat ini sudah mulai dari pengolahan lahan, budi daya kemudian pemanenanya serta pemasarannya, terangnya.
Sementara itu Rektor UNS dalam sambutannya ketika membuka Seminar Nasional dan Rapat Pra Loknas FK PTPI BKS wilayah Timur mengemukakan, sistem digitalisasi hampir merasuk ke semua bidang dan tidak ketinggalan bidang pertanian.
Hal yang sifatnya digital mungkin suatu saat sebutan petani harus diganti. Mungkin suatu saat akan muncul Smart Agriculture. Atau ada produk sistem online pertanian.
Pada kesempatan sebelumnya Ketua Panitia seminar nasional dan Praloknas FKPTPI BKS Wilayah Timur Dr Ahmad Pramono S.Pt MP melaporkan, pemilihan tema “Sumber daya Pertanian Berkelanjutan Dalam Mendukung Ketahanan dan Keamanan Pangan Indonesia pada Era Revolusi Industri 4.0″ berdasarkan pemikiran potensi dan peran strategis sektor pertanian dalam mendukung swasembada pangan.
Sekaligus sebagai lumbung pangan dunia dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. Cita-cita menjadikan Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia di tahun 2045 sangat potensial untuk diwujudkan. Namun demikian perlu dilakukan usaha efektif dalam mengelola potensi yang ada untuk menggapai cita-cita tersebut.. suarabaru.id/Adji W