PEKALONGAN – Di hadapan ribuan warga nahdliyin, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen menegaskan, perbedaan para ulama dan habaib merupakan sebuah rahmat pada zaman dahulu yang bertujuan untuk membangun dan perjuangan umat Islam. Namun di era sekarang, hal tersebut banyak dilupakan.
“Kenapa sekarang tidak diposisikan sebagai rahmat? Habaib dan ulama malah dibenturkan, diadu domba, ikut-ikutan manas-manasi, jadi kompor. Ora ngerti apa-apa melu share (Tidak tahun apa-apa ikut share). Aku melu (Aku ikut) kiai A, aku melu kiai B. Padahal damai itu mahal, tidak bisa diukur materi,” tegasnya.
Gus Yasin, panggilan akrab wakil gubernur, di sela menghadiri pengajian akbar Hari Lahir (Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) ke-93 dan Muslimat NU ke-73 di Alun-alun Kota Tegal, Selasa (19/3) malam, mengajak masyarakat bersatu dan hidup damai.
Lebih lanjut Wakil Gubernur Jawa Tengah itu mengingatkan kepada masyarakat betapa tak ternilainya harga sebuah persatuan dan perdamaian. Apalagi jelang pemilihan umum presiden/wakil presiden dan legislatif (Pilpres dan Pileg) pada 17 April mendatang, maraknya berita bohong alias hoax dikhawatirkan memunculkan bibit-bibit perpecahan di masyarakat.
“Saya berterima kasih kepada rakyat dan warga Jateng yang telah melaksanakan Pilgub 2018 dengan indah dan damai sehingga Pilgub Jateng dinobatkan sebagai pilgub terbaik di Indonesia. Calonnya bisa ngobrol dengan baik bahkan kita bisa makan berempat di angkringan. Ini harus benar-benar dicontoh dan harus kita tunjukkan kepada Indonesia bahkan dunia, Jateng pada 17 April nanti menjadi pemilu terdamai di Nusantara ini,” katanya.
Menurutnya, berbicara perbedaan dan keragaman penduduk di Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan Bhinneka Tunggal Ika. Hal itu seperti ditunjukkan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan sejumlah tokoh lintas agama.
“FKUB hadir memberikan warna dan contoh bahwa Indonesia kita ini Bhinneka Tunggal Ika. Karena itu kita tidak boleh bicara Bhinneka hanya sampai titik, tapi Bhinneka Tunggal Ika koma. Ini selaras dengan pernyataan Rasulullah bahwa perbedaan ini pada umatku adalah sebuah kerahmatan,” ujarnya dalam pengajian akbar yang menghadirkan KH Ahmad Muwafiq atau dikenal Gus Muwafiq dari Yogyakarta itu.
Sementara itu, Kapolres Tegal AKBP Siti Rondhijah berharap NU selalu menjadi garda terdepan menjaga NKRI. Dia juga mengingatkan bahwa perbedaan pilihan dalam Pilpres dan Pileg 17 April mendatang jangan sampai memicu perpecahan antar anak bangsa dalam bingkai NKRI.
“Sebagai Kapolres yang mendapat amanat menjaga Kamtibmas bersama TNI, saya mengimbau masyarakat agar tetap menjaga dan mempertahankan situasi kondusif Kota Tegal. Kalau ada perbedaan pilihan jangan menjadi perpecahan. Mari kita jaga persatuan dan jaga NKRI tetap jaya. Saya titip itu kepada warga NU. Karena saya meyakini warga NU memiliki komitmen keagamaan dan kebangsaan yang tidak diragukan lagi,” ungkapnya.
Suarabaru.id/Tim