JEDDAH-Kepercayaan investor bisa dimulai dari suasana hati. Suasana bisa terbangun melalui kekuatan silaturahmi. Itulah salah satu keping cerita dari perjalanan promosi perdagangan dan investasi Provinsi Jawa Tengah di Jeddah, 28 November hingga 1 Desember kemarin.
Nah, terbayangkankah oleh Prasetyo Aribowo, siang itu harus menyantap hidangan nasi kebuli dengan daging kambing khas Arab, yang membuatnya kekenyangan? Menu makan siang itu disajikan di tengah meja besar di ruangan CEO Ahmed Saleh Alshaeir Co, Dr Mahmoud Omar di Jeddah.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Tengah itu kaget, ketika pagi hari itu mendapat kiriman buah-buahan dari Mahmoud Omar ke kamarnya di Hotel Mercure. Kiriman sepaket buah itu disusuli telepon, dia diminta datang ke kantor calon investor yang malam sebelumnya menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) di arena Indonesia Expo 2018.
Prasetyo pun berkemas. Dan, kejutan kembali dibuat oleh Mahmoud, yang ternyata sudah mengirim mobil jemputan ke hotel. Didampingi staf Bidang Pemasaran DPMPTSP, Tria, dia diterima dengan penuh antusias. Menyusul kejutan lain, buku leaflet Central Java Investment Opportunities 2018 yang merupakan panduan peluang investasi diprovinsi ini digandakan dengan ukuran yang lebih besar oleh sang CEO Alshaeir.
Dalam testimoninya, Mahmoud Omar menyatakan, buku tersebut sangat lengkap, simpel, dan memudahkan calon investor untuk menjadi tahu peluang-peluang yang sudah dipetakan di semua kabupaten dan kota. Dia mengaku tertarik berinvestasi di Jawa Tengah, terutama untuk manajemen pengelolaan sampah di Kota Semarang dan menawarkan pembangunan rumah sakit eksklusif berkonsep syariah. Rumah sakit itu, dia inginkan menjadi semacam “tourism hospital”.
Prasetyo menjelaskan, calon investor tersebut menginginkan percepatan realisasi, mulai dari kunjungan lapangan, pemetaan persyaratan, dan persiapan konsep-konsep fundamental lainnya. “Jadi kita harus gerak cepat, mencoba mencari lokasi yang tepat, karena Pak Mahmoud Omar tampaknya komit dan progresif,” ungkapnya.
Penilaian Nilai Lebih
Sementara itu, dalam keterangan persnya, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah, Aris Sambodo mengemukakan, misi dagang, pameran, atau sejenisnya ke luar negeri sebenarnya merupakan hal lumrah yang sering dilakukan oleh suatu daerah atau negara. Tujuannya untuk memperluas pemasaran atau promosi produk daerah/ negara. Namun keikutsertaan Jateng di Indonesia Expo 2018 di Jeddah kali ini terasa berbeda dan menjadi luar biasa, atau punya nilai tambah karena beberapa hal.
Pertama, ekspo ini merupakan edisi perdana di Jeddah, dan Provinsi Jateng mengikuti dalam bentuk paket TTI. Keikutsertaan ini terkait dengan besarnya potensi di Arab Saudi sebagai tujuan ekspor, sekaligus negeri itu dapat bertindak sebagai gerbang masuk ke Timur Tengah untuk produk-produk Jateng. Juga sumber potensial untuk mengundang investasi sekaligus turis ke Jateng.
Kedua, nilai tambah lainnya, Jateng langsung dipimpin oleh Gubernur Ganjar Pranowo. “Ini menjadi nilai kredit tersendiri, dan menunjukkan keseriusan Jateng dalam mengundang investor atau buyer. Pihak investor atau buyer tentunya akan memberi apresiasi dan tanggapan yang sungguh-sungguh ketika pimpinan daerah hadir secara pribadi,” kata Arif.
Ketiga, target kesepakatan dalam bentuk TTI ini terlampaui. Semula, dalam rapat-rapat persiapan di Disperindag Jateng selaku koordinator (lead sector) misi, target yang diproyeksikan untuk ditandatangani di Jeddah adalah tujuh kesepakatan.
Arif Sambodo sadar, memperluas pemasaran produk-produk Jateng ke luar negeri, dan mengundang investasi sangatlah penting, khususnya dari kawasan nontradisional seperti negara-negara di wilayah Timur Tengah, Asia Selatan, Afrika, Amerika Selatan, Eropa Timur, Australia dan Selandia Baru.
“Penting, karena ekspor dan investasi adalah dua faktor utama yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan ekspor dan investasi yang meningkat, kita dapat memperluas kapasitas produksi dari pelaku usaha semua sektor, dan meningkatkan daya saing produk. Sekaligus ketika kapasitas produksi meningkat, akan memperluas pasar kerja untuk mengatasi tingkat pengangguran dan memperkecil kemiskinan,” tutur alumni Fakultas Ekonomi Undip ini.
Yang lebih penting, tambah Arif, ketika pemerintah telah memfasilitasi kegiatan-kegiatan sejenis ekspo ini, baik di luar negeri maupun di dalam negeri, maka pengusaha harus meningkatkan daya saing produk mereka dengan lebih mengefisienkan produksi, penguasaan teknologi, maupun manajemen dan kemampuan dalam melakukan komunikasi dengan pihak buyer atau investor.
Hal ini, seperti yang juga ditekankan oleh Kepala Dinas Koperasi-UKM Ema Rahmawati, terutama harus mejadi fokus pelaku usaha IKM atau UKM. Dengan demikian, upaya-upaya pemasaran yang difasilitasi oleh pemerintah akan tepat sasaran.
Ema menilai, banyak hal yang dicatat, untuk dievaluasi dan dikembangkan dari diplomasi dagang dan investasi ke Jeddah ini.
Hal-hal yang juga terkait dengan kesiapan, gaya, dan keluwesan, seperti yang ditunjukkan Gubernur Ganjar Pranowo, akan menjadi bagian dari faktor pembeda, atau dslam.istilah Arif Sambodo, nilai lebih.(suarabaru.id/mn)