BLORA – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blora melalui Unit Pelaksana Tehnis (UPT) Puskemas di kecamatan, rutin membina, dan mengecek kesehatan para wanita penjaja seks komersial (PSK) di wilayah kerja masing-masing.
Pembinaan dilakukan, karena lokalisasi (PSK) masuk wilayah rawan penularan (penderita) HIV/AIDS, terlebih di Kabupaten Blora penderitanya terus meningkat tiap tahun, baik pengidap maupun yang meninggal dunia (MD).
“Pembinaan antara lain anjuran rajin minum obat ARV, obat kekebalan tubuh yang harus diminum pengidap HIV/AIDS,” jelas Kepala Dinkes Blora, Hj. Henny Indriyanti, Rabu (12/9).
Seperti dilaksanakan UPT Puskemas Todanan, Blora, setiap bulan menurunkan tim ke lokalisasi Cumpleng, selain pembinaan, juga memeriksa kesehatan semua PSK.
Program itu berjalan baik, karena mendapat dukungan jajaran Kepolisian di Polsek masing-masing aktif mendampingi tim kesehatan selama melaksanakan tugas pembinaan, dan kontrol kesehatan penghuni lokalisasi Cumpleng.
Dinkes getol sosialialisasi, agar pengindap HIV/AIDS rajin minum antiretroviral (ARV), karena umur pendek atau penderita itu meninggal sebagian besar akibat putus minum obat yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV itu.
Terus Meningkat
Menurut Henny, angka penderita HIV/AIDS di Blora pada 2017 mengejutkan, yakni 114 orang, AIDS 25 orang, dan meninggal dunia (MD) mencapai 13 orang. Data yang terus meningkat setiap tahunnya.
Menurutnya, peningkatan terjadi pada penderita HIV/AIDS yang meninggal dunia, pada 2016 hanya empat orang, 2017 kemarin meningkat MD sebanyak 13 orang.
Pengidap HIV pada 2016 hanya 63 orang, AIDS 11 orang, Pada 2017 pengidap HIV melonjak 114 orang, dan AIDS 25 orang. “Untuk data 2018, sedang kami kumpulkan,” tandas Kepala Dinkes Kabaupaten Blora.
Terkait pengidap HIV/ASIDS (2017) mencapai 139 orang, itu berdasar hasil pemeriksaan voluntary counseling test (VCT) mobile di empat lokalisasi di wilayah Blora.
“Untuk 13 orang yang MD pada 2017, sebagian pengidap lama, mereka putus minum obat ARV yang fungsinya memperlambat pertumbuhan virus,” katanya.
Masih Menurut Henny, jika tahun-tahun sebelumnya pemeriksaan VCT mobile hanya di tiga lokasisi PSK, dua di Cepu (Nglebok dan Sumberagung) serta satu di Kampung Baru Jepon.
Kini terjadi perkembangan pesebaran PSK di dua lokalisasi, Yang Jrong di Kecamatan Kunduran, dan Cumpleng di Kecamatan Todanan. Terdeteksi setiap lokalisasi terdapat sekitar 13-16 persen PSK-nya terjangkit HIV/AIDS
“Di Blora, sekarang ini ada lima lokalisasi,” tambahnya.
Sedangkan PSK yang positif HIV/AIDS, terbanyak berusia diatas 35 tahun. PSK usia 17-24 tahun sekitar lima persen. Mereka wajib datang konsultasi rutin gratis di klinik VCT RSU Dr Soetijono Blora atau RSU Dr R Soeprapto Cepu.(suarabaru.id/wahono)