BLORA – Meski sudah dilakukan perbaikan sabanyak tiga kali, bukannya menjadi baik, tapi sebaliknya kondisinya ngenes, dan rusak berat. Itulah proyek perbaikan (perawatan) Embung Tambaksari, Kecamatan Kota Blora.
Pantauan di lokasi embung, Jumat (7/9), hampir keseluruhan fisik keliling tanggul rontok, longsor, dan nyaris tidak berbentuk lagi. Padahal, embung itu baru dua tahun dilakukan rehab perbaikan, dan penataan ulang.
Tanggul (plengsengan) yang rontok itu, terparah di sisi timur dan utara, tanah plengsengan terus melorot memanjang dari barat ke timur, bahkan tanggul sisi timur longsor mulai dari selatan ke utara.
Tidak hanya itu, tanggul sisi utara kini sudah krtitis nyaris terputus, karena plensengan mengalami longsor (mlorot), termasuk plensengan sisi selatan tampak bodol hampir keseluruhan.
“Seingat saya, baru direhap pada akhir 2015, namun Januari 2016 mengalami kerusakan,” ungkap Suyatin (55), warga Blora.
Menurut informasi, embung yang sebetulnya rusak kurang terawat, dan terjadi sedimen (endapan/pendakalan) kerusakan serius, telah dilakukan pemeliharaan dengan mengeruk dasar embumg, dan menata tanggul (plensengan) keliling.
Untuk pemeliharaan embung Tambaksari, didanai APBD Blora sebesar Rp 199,817 juta, bersumber dari dana alokasi khusus (DAK) 2015.
Perencanaan
Pelaksana proyek saat itu, dikerjakan oleh CV Kusuma Putra, dengan waktu pelaksanaan proyek mulai 12 Oktober 2015 hingga 30 November 2015.
Namun kanyatannya baru rampung direhab, turun hujan lebat, dan badan embung dipenuhi air, maka terjadilah kerusakan pada hampir pada fisik tanggul keliling.
Kini kondisi embung ngenes dan mengalami kerusakan parah, plengsengan yang bodol semakin kritis, terutama di tanggul sisi utara, sehingga setok air baku cepat habis.
Dimintai konfirmasinya, Kepala Dinas Pertanian dan ketahanan pangan, Hj. Reni Miharti, membenarkan kondisi rusaknya embung yang dinilai sangat membantu masyarakat dan lingkungan sekitarnya itu.
Menurutnya, untuk urusan pelaksanaan proyek fisik, perencanaan harus benar-benar mumpuni, profesional, dan faham tentang tehnik konstruksi sebuah embung agar hasilnya maksimal.
“Agar proyek fisik hasilnya bagus, diawali dengan perencanaan yang harus baik,” katanya.
Kedepan agar pembangunan, renovasi dan penataan embung menjadi baik, Reni Miharti berharap ditangani langsung oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR), yakni OPD yang kompeten soal tehnih.
suarabaru.id/Wahono