MAGELANG- Berkunjung ke Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) tidak lengkap jika tidak mampir ke Pulau Penyengat. Karena, di pulau itu terdapat makam sejarawan, budayawan dan penyair, yang juga Pahlawan Nasional Raja Ali Haji. Salah satu karya sastra terkenalnya pada abad 19 adalah, ‘Gurindam Dua Belas’.
Transportasi menuju Pulau Penyengat dari Kota Tanjungpinang menggunakan kapal kecil dengan jarak tempuh sekitar 20 menit. Di pulau itu banyak terdapat makam tokoh Islam, tokoh masyarakat dan pejuang Kemerdekaan RI. Menjelang Ramadan banyak wisatawan dari berbagai daerah ziarah ke pulau tersebut.
‘’Setiap menjelang Ramadan ramai masyarakat berkunjung ke sini untuk ziarah,’’ ujar Ades, Juru Pelihara Kompleks Makam Engku Putri Raja Hamidah, di Pulau Penyengat, Rabu (9/5).
Engku Putri Raja Hamidah adalah tokoh penting pada abad 19 di kawasan itu. Dia juga istri Sultan Mahmud Shah III yang memimpin Kerajaan Riaui-Lingga pada masa itu. Di kompleks makam tersebut juga terdapat makam sejarawan, budayawan dan penyair yang juga Pahlawan Nasional Raja Ali Haji.
Ades menerangkan, rata-rata pengunjung makam tersebut setiap bulan 900 orang, sedangkan menjelang Ramadan atau hari libur bisa mencapai 2.000 orang. Mereka yang berwisata religi di pulau itu antara lain datang dari Singapura, Malaysia, Batam, Tanjung Pinang, Jakarta dan Surabaya. ‘’Terutama yang masih ada hubungan keluarga dan kerabat dengan yang dimakamkan di tempat ini,’’ katanya.
Komplek makam lainnya di Pulau Penyengat adalah Makam Raja Haji Fisabillillah. Dia adalah figur legendaris dan pahlawan Melayu dalam melawan penjajahan Belanda. Selain itu, juga terdapat Kompleks Makam Raja Jakfar. Dia adalah anak Raja Haji Fisabillillah yang saat pemerintahannya memindahkan pusat kerajaan dari hulu Riau ke Pulau Penyengat.
Juga terdapat Makam Raja Abdurrahman. Dalam pemerintahannya, dia melakukan pembangunan masjid di Pulau Penyengat.
Berikutnya Makam Embung Fatimah, anak Sultan Mahmud Syah IV. Pernikahannya dengan Raja Mohammad Yusuf Al-Ahmady membuat makin erat persekutuan antara raja-raja Melayu dan raja-raja keturunan Bugis.
Sejumlah objek wisata lainnya di pulau tersebutadalah Gedung Tengku Bilik, Istana Raja Ali, benteng pertahanan Bukit Kursi, Perigi Putri, balai adat, gudang mesiu, bekas gedung tabib kerajaan, gedung Hakim Mahkamah Syariah Raja Haji Abdullah, situs Istana Bahjah-Istana Raja Ali Kelana, dan sisa bangunan Rusyidiah Klub serta tapak percetakan kerajaan.
Untuk keliling berbagai obyek wisata, pengunjung harus mengunakan becak motor. Rinto salah seorang pengemudi becak motor menjelaskan, menjelang puasa banyak wisatawan berziarah ke berbagai makam leluhur dan tokoh di pulau tersebut.
Pemandu wisata Muhamad Mutarom menerangkan, mereka yang dimakamkan di Pulau Penyengat umumnya masih ada hubungan kekerabatan dengan kerajaan Melayu (Kerajaan Riau-Lingga). (SMNet.Com/dh)