MAGELANG- Menyambut Hari Pentakosta , Jemaat Gereja Kristen Jawa (GKJ) Plengkung Kota Magelang menggelar kegiatan Riyaya Unduh-Unduh, Minggu (13/5). Kegiatan ini sebagai ibadah syukur atas panen hasil bumi.
Sebelum kebaktian, jemaat sambil membawa delapan buah gunungan melakukan kirab sekitar 2 kilometer dari GKJ Plengkung di Jalan Piere Tendean Nomor 4 Kota Magelang menyusuri Kampung Potrobangsan, Jalan Kapten Yahya, Taman Badaan di Jalan Ade Irma Suryani, Jalan A Yani dan masuk kembali di GKJ Plengkung.
Pada kirab ini nuansa kebangsaan sangat terasa sekali. Karena tidak hanya diikuti oleh para jemaat gereja tersebut, tetapi juga diikuti oleh puluhan orang yang menamakan diri Jamaah Kopdariyah ( komunitas lintas generasi, agama dan budaya).
Sepanjang jalan yang dilalui , sejumlah pemuda yang tergabung dalam grup rebana Ikatan Pemuda Nahdhatul Ulama ( IPNU) Borobudur menyanyikan lagu-lagu, salah satunya Mars “Hizbul Wathan”.
Selain itu, nuansa Jawa juga sangat terasa, karena para jemaat pria GKJ Plengkung memakai busana khas Jawa berupa surjan lore , sedangkan jemaat wanita mengenakan busana tradisional kebaya dan kain jarit.
Pendeta GKJ Plengkung, Gledis Yunia Debora Angelita mengatakan, tradisi Riyaya Unduh-unduh merupakan wujud pernyataan syukur atas kelimpahan berkat yang diterima dari Tuhan. Sekaligus untuk meningkatkan lahan pekerjaan manusia yang digarap setiap harinya.
‘’ Ini merupakan ungkapan syukur atas berkat-berkat yang telah kita terima sehari-hari. Ini wujud syukur kepada Tuhan, karena kami telah dikaruniai bumi yang subur, sehingga mampu menghasilkan beraneka ragam bahan pangan bagi manusia,’’ ujarnya.
Menurutnya, bentuk persembahan yang diberikan jemaat di daerah perkotaan mulai berubah dari semula berupa hasil panen sawah ladang menjadi bahan makanan. Meskipun mengalami pergeseran bentuk persembahan yang diberikan, tetapi tidak mengurangi dari nilai persembahan tersebut.
‘’Perubahan persembahan yang diberikan karena, saat ini di daerah perkotaan lahan sawah dan ladang sudah mulai menyusut. Selain itu, jemaat di perkotaan pekerjaannya sehari-hari sebagian besar tidak sebagai petani. Perubahan bentuk persembahan tersebut tidak mengurangi makna dari Riyaya unduh-unduh sendiri,’’ tuturnya.
Salah satu sesepuh Jamaah Kopdariyah, KH Achmad Labieb mengatakan, Jamaah Kopdariyah yang mempunyai slogan “Tebarkan kebaikan, taburkan cinta kasih dan berbagi karunia”, para anggotanya berasal dari berbagai umat beragama yang ada di wilayah Kota dan Kabupaten Magelang.
‘’Salah satu pesan yang ingin disampaikan para anggota komunitas Jamaah Kopdariyah dalam mengikuti kegiatan di GKJ Plengkung hanya satu, yaitu mempererat tali silaturahmi dan menjalin kerukunan antarumat beragama di Magelang Raya ini,’’ ungkap Achmad Labieb yang juga pengasuh Ponpes Raudhatut Thullab Desa Wonosari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang.
Menurutnya, para anggota Jamaah Kopdariyah ini aktif dalam kegiatan yang dilakukan forum lintas agama di wilayah Kabupaten dan Kota Magelang. Selain itu, Jamaah Kopdariyah tidak memandang agama, suku bangsa maupun ras. Melainkan untuk terciptanya hidup dalam perdamaian antarsesama manusia dan antarumat beragama. (SMNet.Com/dh)