blank
Umat Hindu di Magelang Jumat sore melaksanakan pawai ogoh-ogoh, meski hujan turun deras, SMNet/dh

 

 

MAGELANG- Hujan deras yang turun Jumat sore (16/3) tidak menyurutkan semangat ratusan umat Hindu mengarak dua ogoh-ogoh dari halaman depan Artos Mall menuju Pura Wirabuwana di Jalan Sarwo Edhie Wibowo,  Magelang.

Baik anak-anak, orangtua hingga anggota TNI dan Polri bersama-sama mengarak dua simbol buta kala bernama Ruk Muka dan Rukma Kala. Anggota TNI memanggul ogoh-ogoh, di barisan depan berderet anak-anak dan orang tua membawa bunga.

Masyarakat juga antusias menonton pawai ogoh-ogoh, meski diguyur hujan. Kehadiran penonton menambah semarak arak-arakan dalam rangka menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1940/2018  di Magelang.

Ketua Parisade Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Magelang, I Gede Suarti mengatakan, pawai ogoh-ogoh ini untuk mengusir roh jahat di dalam maupun di luar tubuh manusia, sehingga pelaksanaan catur brata penyepian dapat berjalan lancar. ‘’Setiap tahun kami melaksanakan pawai ogoh-ogoh. Kali ini beserta sekitar 200 umat dari seluruh wilayah Magelang,’’ tuturnya.

Dia menerangkan, sebelum diadakan pawai, segenap umat melakukan pembersihan jasmani dan rohani serta peralatan di lingkungan Pura Wirabuwana. Di Pura ini pula diadakan Tawur Agung Kesanga dalam rangka memberikan nyagna ke buta kala.

‘’Setelah pawai, di malam hari kami melaksanakan sembahyang di Pura  bersama-sama. Baru besoknya  merayakan Nyepi selama satu hari satu malam di rumah masing-masing,’’ ujarnya.

I Gede Suarti yang juga anggota Polres Magelang menjelaskan, pawai ogoh-ogoh ini bukan sembarang pawai. Sebab, di baliknya terdapat cerita dan filosofi yang diyakini umat Hindu. Cerita tersebut berjudul “Bima Mencari Tirta Amerta”.

Ceritanya, Bima disuruh oleh Resi Durna untuk mencari tirta amerta untuk kesejahteraan manusia. Bima diperintah mencari tirta di sebuah hutan, tapi yang ditemui justru dua raksasa dan terjadi perkelahian.

Dalam perkelahian itu Bima menderita kekalahan, dan kembali menemui Resi Drona. Oleh Drona, Bima diminta ke laut selatan untuk kembali mencari tirta amerta. Karena tidak ketemu juga, akhirnya Bima dibantu oleh Dewa Ruci. Dewa Ruci inilah yang memberi Bima tirta amerta.

Tirta amerta ini, lanjut Gede merupakan berkah untuk kesejahteraan umat manusia. “Filosofinya siapapun yang bekerja jangan ragu-ragu, karena kalau ragu-ragu tidak akan ada hasil. Maka, kita tidak boleh ragu-ragu dalam bekerja, sehingga akan mendapatkan hasil,” jelasnya.

Pada perayaan Nyepi tahun 2018 ini, dia berharap tetap ada kedamaian di Indonesia. Apalagi, tahun ini merupakan tahun politik, di mana dilaksanakannya Pilkada serentak di beberapa daerah di Indonesia, termasuk di Kabupaten Magelang.  ‘’Semoga kedamaian senantiasa menyelimuti bangsa Indonesia  dan kesejahteraan makin meningkat,’’ harapnya. (SMNet/dh)