WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Luqmanul Chakim, seorang produser musik asal Wonosobo ingin membawa musik tradisional ke dunia anak muda.
Dimulai dari petualangan Luqman sebagai etnomusikolog yang menjelajah berbagai daerah untuk mendokumentasikan, meneliti dan menyusun karya-karya baru.
Salah satu karyanya merekam pengalaman yang layak dibagikan lewat sebuah komposisi bertajuk “Bunyi Sembunyi” yang dirilis resmi di semua platform digital pada Sabtu (13/6), kemarin.
“Lagu “Bunyi Sembunyi” ini adalah sebuah ekspresi kekhawatiran atas tren saat ini. Bahwa musik tradisional sepertinya mulai dilupakan oleh generasi sekarang,” ungkapnya.
Project ini, imbuh dia, juga mengajak siapapun untuk berani berinovasi dan membuat karya yang berakar dari lingkungan sekitarnya.
“Bunyi Sembunyi” terlahir dari program mentoring yang diinisiasikan HP Inc. Indonesia untuk anak muda yang beraspirasi menjadi content creator, HP Mentorship Project.
Di mana para finalis terpilih akan dimentori secara langsung oleh para praktisi yang ahli di bidangnya, seperti Joko Anwar untuk kategori Film dan Eka Gustiwana untuk kategori musik.
Dari kedua kategori tersebut, Luqman berhasil keluar sebagai pemenang kategori musik serta mendapatkan kesempatan untuk merealisasikan project-nya bersama sang mentor, Eka Gustiwana.
Musik Tradisional
Sang produser lagu Lathi yang kini karyanya tengah naik daun tersebut, membimbing Luqman mulai dari ide awal, proses produksi musik, komposisi, hingga finishing lagunya.
Bagi Luqman, Eka Gustiwana tidak hanya seorang Mentor, namun juga teladan dan inspirator yang mempunyai visi mulia dalam mengangkat musik tradisional hingga dikenal warga dunia.
“Bunyi Sembunyi”, dikatakan Luqman, terinspirasi dari keberadaan alat musik tradisional yang semakin berkurang pemainnya maupun pendengarnya.
Contohnya ketika observasi kesenian Jemblung di Banyumas, yang juga masuk dalam “Bunyi Sembunyi”, Luqman sempat kesulitan mencari kelompok yang masih eksis. Sekalipun ketemu, para personilnya sudah lanjut usia.
“Bagi saya, semua musik tradisional mempunyai keunikan, seperti Jemblung yang hampir mirip Kecak, dimana Gamelan atau Calung dimainkan menggunakan mulut,” cetusnya, Minggu (14/6).
Baginya, hal ini seperti Beat Box yang meniru berbagai alat musik dengan suara mulut, jangan sampai ini punah. Luqman yang juga mengangkat alat musik Bundengan dan Bindeng dari Wonosobo.
Dua musisi muda asal Wonosobo yaitu Ega Puspa Aya dan Arba Velhan juga dilibatkan sebagai vokalis dalam “Bunyi Sembunyi”. Lagu ini sudah bisa di dengarkan termasuk Youtube, Spotify, Joox, dan berbagai platform online lainnya.
Rencananya, “Bunyi Sembunyi” akan didistribusikan lewat jaringan stasiun Radio di Indonesia. Berbagai karya Luqman juga bisa dilihat di akun instagramnya di @luq_music.
Profil Lukman
Luqman pernah mementaskan musik Bundengan di Australia bersama para musisi lokal pada 2018.
Belum lama ini juga meneliti berbagai musik tradisional di berbagai daerah seperti Gule Gending dari Lombok, Trompet Ngomong dari Demak, Bindeng dari Wonosobo, Jemblung dari Banyumas.
Aktif di berbagai event sejak kuliah di ISI Surakarta (lulus 2017) dan juga pernah berkuliah di Thammasat University Thailand pada 2014-2015.
Beberapa karyanya tertuang dalam komposisi musik yang ditampilkan di beberapa event termasuk What is Bundengan (2018 dan 2019).
Meng-aransemen 7 lagu daerah di ulang tahun Gramedia ke-50, hingga akhirnya menggandeng musisi lokal Wonosobo dalam sebuah karya bertajuk Bunyi Sembunyi (2020).
Sebelumnya, Luqman berkolaborasi dengan musisi Wonosobo dalam aransemen baru lagu Jawa Lir-ilir yang memadukan alat musik bundengan, gamelan, beat box dan EDM.
Dalam kesehariannya, Luqman aktif memperkenalkan musik tradisional Indonesia lewat unggahan di media sosial.
Muharno Zarka/mm