blank
Hasil pengujian sampel darah saat rapid test COVID-19. ANTARA

SURABAYA, (SUARABARU.ID) – Komisi D Bidang Kesra DPRD Kota Surabaya menilai pasien COVID-19 yang mendapatkan perawatan di sejumlah rumah sakit rujukan perlu diedukasi agar berperilaku jujur kepada para dokter yang merawatnya.

“Kejujuran kondisi pasien kepada dokter menjadi sangat penting dalam rangka memutus mata rantai penyebaran COVID-19 ini agar tidak ada lagi korban,” kata Ketua Komisi D DPRD Surabaya Khusnul Khotimah di Surabaya, Selasa.

Diketahui salah seorang dokter RSUD Soewandhie Surabaya dr. Berkatnu Indrawan Janguk meninggal dunia di rumah sakit tempatnya bekerja pada Senin (27/4) setelah sebelumnya terpapar COVID-19. Almarhum sebelumnya sempat menangani pasien COVID-19 asal Pemalang. Namun karena pasien tersebut tidak mengaku kalau positif COVID-19, akhirnya almarhum ikut terpapar.

Untuk itu, Khusnul mengatakan atas nama pribadi serta atas nama Komisi D DPRD Surabaya menyatakan turut berbelasungkawa atas meninggalnya Pahlawan Kemanusian dr. Berkatnu Indrawan yang Senin (27/4) malam telah dimakamkan di Surabaya.

Selain itu, lanjut dia, beberapa waktu yang lalu, Komisi D menggelar rapat koordinasi dengan RSUD Soewandhe dan RSUD Bhakti Dharma Husada (BDH). Kedua pengelola rumah sakit tersebut menyampaikan jika kondisi rumah sakit penuh.

“Karena itu, saya berharap masyarakat Surabaya tetap patuh pada anjuran pemerintah untuk tetap di rumah. Sejatinya rumah sakit adalah pertahanan terakhir dalam menangani COVID-19 ini. Sedangkan garda terdepan penanganan virus ini adalah diri kita sendiri,” katanya.

Kabag Humas Pemkot Surabaya Febriadhitya Prajatara sebelumnya mengatakan almarhum adalah dokter yang menangani pasien COVID-19 asal Pemalang. Namun karena pasien tersebut tidak mengaku kalau positif COVID-19, akhirnya almarhum ikut terpapar.

Menurutnya pertama kali almarhum dokter Indra ambil swab tiga minggu yang lalu dan hasilnya positif. Terus melakukan dua kali tes swab dan dinyatakan negatif.

“Tapi, ternyata tubuhnya tidak bisa membentuk imun sehingga nyawanya tidak tertolong,” ujarnya.

Ia menjelaskan, almarhum memiliki riwayat asma sehingga dimungkinkan seringkali membuka masker pada saat merawat pasien. Hal inilah yang kemudian almarhum cepat tertular virus corona atau COVID-19.

Beberapa hari terakhir saat dirawat di ICU RSUD dr. Soewandhie, kondisi almarhum membaik. Bahkan, Senin (27/4) pagi kondisinya juga membaik. Namun kemudian, terjadi pembengkakan pada jantungnya sehingga meninggal dunia pada Senin malam sekitar pukul 17.46 WIB.

Namun begitu, ia berharap untuk ke depannya tidak ada lagi pejuang medis baik itu dokter maupun perawat yang terpapar hingga meninggal dunia saat menangani pasien COVID-19.

“Perawat sama dokter adalah garda terdepan. Saya harap tidak ada lagi pejuang medis yang terpapar hingga meninggal,” katanya.

Ant-Wahyu

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini