Puisi: Amir Machmud NS
ayolah kita berjabat hati
silaturahim tanpa jabat tangan
tangan kusembunyikan
tangan kaulipat dalam diam
senyum kau kulum membahasakan aura
biarlah hati dan rasa yang bicara
dengan kalimat dan gestur sunyi
yang terhalangi masker wangi
syahdu bening Ramadan
terlewat tarian liar corona
keindahan yang memancar dalam cemas
cemas yang menguar dalam rinai waspada
doa melantun tak henti-henti
mengiris sepi karantina amal
tanpa tahu kapan berlalu
bahkan deras hujan pun tak mampu menyapu
semesra itu kupikir kejam yang hadir
virus membersihkan lumut-lumut alam
menyapu habis keyakinan
o, nalar kehidupan yang terpelanting
kau ambil hidup mereka dan syahid
kau diamkan riuh mereka yang zalim
namun bukankah tak ada dendam
mata nyalang penuh kesumat
dalam pancaran ruang
jejak petualangan sang corona
kecuali memorakporandakan tatanan
bahkan silaturahim pun terikhlaskan
tak lagi terprioritaskan
kita menundanya
sampai batas yang kita beri garis
dan kita tak pernah tahu garis itu
Ramadan sunyi kita arungi
dengan khusyuk yang riuh
dengan tarawih yang bersih
dengan witir penuh zikir
dengan rukuk makin tawaduk
dengan sujud makin menunduk
dengan tahiyat berlipat semangat…
Semarang, 24 April 2020