Oleh:
Ira Alia Maerani & Nicko Antonio Wijaya
TAHUN 2020 bisa dikatakan sebagai tahun yang penuh ujian dan cobaan untuk umat manusia, karena di tahun ini ada wabah penyakit yang bernama Novel Corona virus (Covid-19) atau biasa disebut virus corona oleh masyarakat Indonesia. Proses penyebarannya begitu cepat. Seluruh elemen bangsa pun bergerak mengantisipasi. Pemerintah pusat dan daerah bersatu padu mengantisipasi penyebaran virus ini. Bahkan kebijakan terkini dalam bidang pendidikan, pemerintah sepakat untuk meniadakan Ujian Nasional (Selasa, 24 Maret 2020) guna mengantisipasi penyebaran virus corona.
Termasuk menangkal penyebaran virus corona ini dengan cara physical distancing (menjaga jarak fisik). Meminimalisir pertemuan dengan orang lain. Jika ada pertemuan, menjaga jarak hingga satu meter dan rajin membersihkan diri serta lingkungan. Dalam rangka physical distancing ini Menkopolhukam, Mahfudz MD, menyatakan akan bekerja sama dengan TNI, Polri beserta aparat daerah serta Satpol PP. Untuk turut melakukan pembubaran terhadap kerumunan-kerumunan orang yang membahayakan.
Oleh karena itu berdiam di rumah menjadi salah satu solusi. Jika harus keluar rumah untuk keperluan yang mendesak. Itu pun harus menjaga jarak. Dalam rangka menangkal penyebaran virus corona. Ikhtiar apa saja yang bisa dilakukan di rumah?
3B (Belajar, Bekerja, Beribadah)
Presiden Republik Indonesia, dalam rangka mengantisipasi penyebaran virus corona, menghimbau seluruh elemen masyarakat untuk melakukan pekerjaan, sekolah dan beribadah di rumah. Oleh karena itu banyak pekerjaan yang dilakukan di rumah atau work from home, dan sekolah-sekolah (kampus) pun diliburkan sementara waktu untuk mencegah peningkatan penyebaran virus corona.
Pemerintah menghimbau untuk melakukan segala sesuatu di rumah saja. Tetapi himbauan tersebut diabaikan oleh segelintir kalangan terutama anak muda. Kesempatan libur 14 hari untuk mengantisipasi penyebaran virus corona di sekolah dan kampus, yang seyogyanya digunakan untuk pembelajaran jarak jauh (e-learning) tersebut menjadi kesempatan para remaja untuk bermain, nongkrong, dan berkumpul dengan teman–temannya. Kondisi ini tentu saja amat rentan terhadap penyebaran virus corona. Sejatinya mereka perlu menjaga kontak fisik (physical distancing).
Kurangnya kesadaran dan kepekaan anak muda tentang virus corona ini dan malah asyik bergaul dengan temannya di tempat umum sangat berbahaya karena dapat menularkan virus ini pada keluarga mereka, orang tua mereka, kakek dan nenek mereka. Mungkin tidak berbahaya bagi anak muda karena dalam waktu tertentu ia akan sembuh karena imun yang kuat tetapi sangat berbahaya bagi orang tua dan lanjut usia dikarenakan penyakit yang dibawa bisa semakin parah karena terinfeksi virus corona ini. Dari data yang terekam mereka yang meninggal dunia akibat virus corona ini kebanyakan adalah orang tua.
Sering pula dijumpai tempat coffee shop di berbagai kota sangat ramai pengunjung yang rata-rata adalah anak muda. Bahkan aparat kepolisian sampai bertindak untuk menghimbau anak-anak muda yang sedang nongkrong untuk pulang dan ngopi di rumah masing-masing. Mirisnya himbauan tersebut tidak diindahkan dan aparat kepolisian sampai bertindak tegas. Bahkan mereka dengan bangganya mengunggah di media sosial bahwa mereka sedang nongkrong karena bosan di rumah.
Kebosanan anak muda jika berkutat di rumah, perlu dicarikan solusi. Pertama, membangun kesadaran mereka bahwa pandemi covid-19 ini bukan isapan jempol belaka. Kesadaran bisa dibangun dengan cara mensosialisasikan informasi seputar virus corona, penyebarannya dan bagaimana mengantisipasinya. Termasuk kasus-kasus penyebaran virus corona di beberapa negara bisa dijadikan referensi.
Cukupnya informasi terhadap pandemi virus corona ini maka diharapkan muncul empati dan kesadaran untuk melindungi diri dan lingkungannya dari penyebaran virus corona. Sehingga ketika mereka stay at home terasa menyenangkan.
Kedua, mengikuti kuliah online dengan baik. Bagi yang sudah bekerja, pihak kantor pasti tidak pernah luput memberikan mereka pekerjaan rumah (work from home).
Ketiga, merangsang munculnya ide-ide kreatif. Pihak sekolah, pemerintah, kementrian terkait dapat melakukan ajang lomba kreatif di rumah. Lomba membuat aplikasi belajar era digital, lomba karya tulis ilmiah, lomba animasi kartun matematika dan lainnya. Termasuk melatih budaya literasi. Pihak guru (dosen) membuat tugas pada mahasiswanya atau muridnya untuk membuat karya tulis dan berikhtiar untuk dipublikasikan. Potensi menulis ini perlu diasah, dilatih, dimonev, dan disalurkan. Tugas guru dan dosen untuk mengeksplor potensi tersebut. Sehingga anak didik menjadi percaya diri dan sebagai bekal di kehidupannya di masa yang akan datang. Skill (keterampilan) menulis perlu dikembangkan. Keyakinan akan potensi yang dimiliki menjadi penting dimiliki untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Misi berikutnya dari budaya literasi ini adalah menyampaikan kebenaran dan menjadi bagian dari problem solving.
Anjuran pemerintah untuk beribadah di rumah pun dapat dilakukan. Bagi seorang muslim berdo’a, berdzikir, mengaji Al-Qur’an, puasa, sholat sunnah, dan ibadah lainnya bisa dilakukan di rumah.
Kesadaran bersama ini menjadi penting dilakukan. Ini adalah perang bagi kita semua untuk melawan virus ini. Kita semua harus berkontribusi, tidak hanya tenaga medis, dokter, perawat. Tapi kita semua, seluruh elemen masyarakat. Untuk anak muda cukup dengan tidak keluar rumah dan memberi informasi yang up to date yang dapat memberi pengetahuan untuk kita semua betapa bahayanya virus ini, tentunya informasi yang tidak menyesatkan. Karena banyaknya informasi hoax yang bertebaran, tentunya kita harus menyaring, memilih dan memilah mana yang benar dan salah. Tindakan masa bodoh, tidak peduli, tak acuh merupakan tindakan buruk dan sama dengan lari dari peperangan melawan virus ini. Tentunya dalam ajaran Agama Islam lari dari medan peperangan merupakan dosa besar, menjadikan amal seseorang tidak akan berguna dan merupakan dosa yang membinasakan.
Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda: “Jauhilah tujuh (dosa) yang membinasakan!” Mereka (para sahabat) bertanya: “Wahai Rasûlullâh, apakah itu?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Syirik kepada Allâh; sihir; membunuh jiwa yang Allâh haramkan kecuali dengan haq; memakan riba; memakan harta anak yatim; berpaling dari perang yang berkecamuk; menuduh zina terhadap wanita-wanita merdeka yang menjaga kehormatan, yang beriman, dan yang bersih dari zina”. [Hadits Shahih Riwayat al-Bukhâri, no: 3456; Muslim, no: 2669]
“Ada tiga perkara yang menjadikan amal seseorang itu tidak akan berguna; Syirik kepada Allah, Durhaka kepada kedua orang tua, dan lari dari medan peperangan (pengecut).” (HR. Muslim)
Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Dengan melakukan segala sesuatu (berikhtiar) di rumah saja sudah dapat berkontribusi dan membantu negara kita dalam mengurangi peningkatan penyebaran virus corona ini. Ayo kita merasa bangga dengan menerapkan gerakan berikhtiar di rumah saja.
Penulis:
Dr. Ira Alia Maerani, M.H. (Dosen Fakultas Hukum UNISSULA Semarang)
Nicko Antonio Wijaya (Mahasiswa Fakultas Hukum UNISSULA Semaran)