JAKARTA (SUARABARU.ID) – Amerika Serikat kembali mengobarkan ketegangan perdagangan internasional dengan menaikkan tarif impor terhadap produk-produk China sebesar 34%. Langkah ini diumumkan oleh Presiden Donald Trump pada awal April 2025 dan segera memicu reaksi keras dari Beijing serta gejolak di pasar keuangan global.
Kenaikan Tarif dan Dampaknya
Dilansir dari situs berita harian online, Peningkatan tarif ini menambah beban sebelumnya, sehingga total tarif impor AS terhadap barang-barang China mencapai 54% dalam tahun ini. Selain itu, AS juga menutup celah bebas bea untuk impor bernilai rendah, yang sebelumnya dimanfaatkan oleh platform e-commerce seperti Temu dan Shein. Akibat kebijakan ini, pasar saham global mengalami penurunan tajam, dengan indeks S&P 500 merosot 9% dalam satu minggu, menandai kinerja terburuk sejak pandemi.
Tanggapan China: Retaliasi dan Pengaduan ke WTO
Menanggapi tindakan AS, pemerintah China segera memberlakukan tarif balasan sebesar 34% terhadap produk-produk asal AS dan menerapkan pembatasan ekspor pada beberapa elemen tanah jarang yang vital bagi industri teknologi tinggi dan pertahanan. Selain itu, China mengajukan keluhan resmi ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), menuduh AS melanggar regulasi perdagangan internasional. Jika dalam 60 hari tidak tercapai kesepakatan, China berencana membawa kasus ini ke Badan Penyelesaian Sengketa WTO.
Pernyataan Pejabat dan Dampak Ekonomi
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menegaskan bahwa “pasar telah berbicara,” mengindikasikan bahwa kebijakan tarif AS tidak hanya merugikan China tetapi juga stabilitas ekonomi global. Pejabat China lainnya memperingatkan bahwa langkah AS dapat meningkatkan inflasi domestik dan mengganggu rantai pasokan internasional. Mereka juga menyerukan dialog yang setara untuk menyelesaikan perselisihan perdagangan ini
Reaksi Pasar dan Prospek ke Depan
Pasar keuangan merespons negatif eskalasi ini, dengan investor khawatir akan potensi perlambatan ekonomi global akibat perang dagang yang semakin intensif. Para analis memperingatkan bahwa jika kedua negara tidak segera menemukan solusi melalui negosiasi, dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dunia bisa semakin dalam.
Situasi ini menyoroti pentingnya diplomasi dan dialog dalam menyelesaikan konflik perdagangan internasional. Komunitas global berharap kedua belah pihak dapat menahan diri dan mencari solusi yang menguntungkan semua pihak, guna menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dunia