SEMARANG (SUARABARU.ID) – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah kembali merilis angka kemiskinan. Rilis dilaksanakan di kantor BPS Provinsi Jawa Tengah dengan dihadiri Plh. Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Kepala OPD terkait, Rabu (15/1/2025).
Kepala BPS Provinsi Jawa Tengah, Ir. Endang Tri Wahyuningsih MM, menyampaikan, pada September 2024 presentase penduduk miskin di Jawa Tengah mengalami penurunan dibandingkan kondisi pada bulan Maret 2024, yaitu dari 10,47 menjadi 9,58 persen poin.
Bila dihitung jumlah penduduknya pada September 2024, jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah sebesar 3,4 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan kondisi pada bulan Maret 2024 yaitu 3,7 juta jiwa.
Endang menyampaikan, penurunan tersebut terdorong oleh kemampuan masyarakat miskin dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, baik makanan maupun non makanan.
“Garis kemiskinan Jawa Tengah pada September 2024 sebesar Rp. 521.093, ini memberikan arti bahwa di Jawa Tengah setiap orang untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya memerlukan Rp. 521.093. Jadi bila pengeluaran kurang dari nilai tersebut, maka dikategorikan sebagai penduduk miskin,” ungkapnya.
Disampaikan, komoditas makanan memberikan sumbangan terbesar pada GK, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Untuk beberapa komoditas sumbangan di perkotaan lebih besar dibanding perdesaan, seperti rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, tempe, mie instan, dan roti.
Sementara komoditas yang memberikan sumbangan lebih besar di perdesaan dibanding perkotaan diantaranya beras, gula pasir, dan tahu. Selain angka persentase kemiskinan yang turun, rata-rata pengeluaran penduduk miskin juga mengalami peningkatan mendekati garis kemiskinan. Hal ini ditunjukkan dengan turunnya indikator P1 dari 1,640 menjadi 1,601 poin.
“Ini mengindikasikan bahwa kemampuan masyarakat miskin semakin membaik dan program pengentasan kemiskinan berjalan dengan baik. Sementara untuk P2 (Indeks Kedalaman Kemiskinan) pada September 2024 mengalami penurunan 0,009 point dibandingkan Maret 2024,” terangnya.
Diketahui, P2 merupakan indikator untuk menggambarkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Ini menjadi indikasi bahwa pengeluaran antar penduduk miskin di Jawa Tengah semakin rapat.
Ning S