JEPARA (SUARABARU.ID)- Aksi jalan kaki Jepara-Jakarta yang dilakukan oleh Lutfillah warga Bangsri, Kabupaten Jepara, telah memasuki hari kelima. Saat ini, pria yang akrab disapa Lutfi ini telah sampai di kota Semarang, Senin (23/12/2024).
Banyak sekali suka dan duka yang dialami oleh Lutfi selama menempuh perjalanan menuju Jakarta. Hal ini diceritakan oleh Lutfi kepada suarabaru.id melalui sambungan WhatsApp.
Seperti diketahui, pria yang juga dikenal sebagai coach writer ini melakukan aksi jalan kaki menuju Jakarta untuk menyampaikan tujuh tuntutan kepada Presiden Prabowo Subianto.
Salah satu tema besar dari tuntutan tersebut adalah membebaskan terpidana dalam kasus Vina Cirebon. Lutfi meyakini bahwa tujuh terpidana kasus Vina Cirebon ini adalah korban kriminalisasi.
Ketujuh terpidana kasus Vina Cirebon urung menghirup udara bebas setelah proses hukum yang sudah pada tahap Peninjauan Kembali (PK) ditolak oleh Mahkamah Agung. Ketujuh terpidana itu adalah Eko Ramadhani dan Rivaldi Aditya yang teregister di PK nomor 198 PK/PID/2024. Kemudian Eka Sandy, Hadi Saputra, Jaya, Sudirman dan Supriyanto yang teregister dengan nomor 199 PK/PID/2024, seperti dilansir detik.com.
Bagi Lutfi, kasus tersebut benar-benar mencederai hati masyarakat. “Hati nurani saya berontak, jiwa aktivis saya muncul kembali setelah melihat proses hukum kasus Vina Cirebon ini seperti dipermainkan”, kata Lutfi, Senin (23/12/2024).
“Saya tidak punya dendam kepada siapapun, bahkan saya pribadi merupakan pendukung Pak Prabowo. Sampai dengan hari ini saya masih percaya bahwa hukum di pemerintahan Pak Prabowo akan benar-benar ditegakan”, sambungnya.
Bagi Lutfi aksi jalan kaki yang dijalaninya ini bukan tanpa resiko. “Tentu saja semua aksi yang saya lakukan mengandung resiko yang tinggi, baik kesehatan sampai keselamatan jiwa saya”, beber alumni MA. Hasyim Asy’ari Bangsri ini.
Bahkan Lutfi mengaku ditelpun oleh ketua RT nya, karena ada orang tidak dikenal menanyakan alamat dirinya. “Saya harus ekstra hati-hati. Untuk keselamatan saya, beberapa teman menyarankan untuk selalu live di beberapa platform medsos”,
“Alhamdulillah dukungan mengalir deras dari para sahabat, terutama di medsos. Beberapa kali saya disapa dan diberi semangat oleh masyarakat saat bertemu selama perjalanan”, terang Lutfi.
Ada kejadian menarik saat Lutfi istirahat di suatu tempat di kota Semarang. “Seorang ibu setengah baya tiba-tiba mendekati saya dan memberikan saya semangkuk wedang ronde. Hal ini membuat saya terharu”, ungkap founder kelas menulis Jenius Writing (JW).
“Saya jadi teringat ibu, salah satu alasan saya kuat untuk tetap terus melanjutkan perjalanan adalah karena restu dan do’a dari beliau menyertai perjalanan saya”, pungkas Lutfi.
ua