blank
Fadia, mahasiswa pengguna layanan transaksi digital QRIS di sela kegiatan Bedah Buku Rahasia Nusantara yang diinisiasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, di Radjawali Culture Center Semarang, Selasa 26 November 2024. (Foto: Dok)

 

SEMARANG (SUARABARU.ID)  – Fadia, seorang mahasiswi di Kota Semarang bercerita banyak manfaat yang didapatkannya kala menggunakan sistem pembayaran digital Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).

Saat ini, kata Fadia, dia lebih banyak menggunakan QRIS dibandingkan uang tunai untuk bertransaksi memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

“Lebih banyak pakai QRIS karena lebih simpel kita gak bawa uang cash (tunai) kemana-mana, gak perlu bawa dompet kemana-mana,” ucapnya di sela kegiatan Bedah Buku Rahasia Nusantara yang diinisiasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, di Radjawali Culture Center Semarang, Selasa 26 November 2024.

Sebagai generasi yang lahir di era 2000-an ke atas, sangat ditunjang dengan perkembangan teknologi,  terlebih saat mereka mulai beranjak dewasa sekarang.

“(Sekarang) kita sering megangnya gawai daripada dompet juga,” kata Fadia.

Lantas senyaman apa, Fadia dalam bertransaksi menggunakan QRIS untuk keseharian dia sebagai mahasiswa?

Fadia bilang, QRIS memudahkannya karena tidak perlu sering-sering mengambil uang di Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Menariknya, Fadia bercerita, penggunaan QRIS akan menguntungkan pembeli karena bisa menghindari kebiasaan nakal pedagang dengan mengganti uang  kembalian dalam bentuk permen.

“Kan kadang juga penjual kalau kembaliannya kecil kadang kita dikasih permen. Kalau itu (pakai QRIS) kan enggak (dikasih permen),” kata dia.

Dalam kesehariannya, Fadia mengaku memang tidak sepenuhnya 100% menggunakan QRIS dalam bertransaksi.

“Pakai QRIS (mungkin) 60%. Kalau beli makanan ke warung-warung, beli jajanan juga pedagangnya sudah mulai menggunakan QRIS juga kan. Tapi kalau misalnya ke kantin atau warteg-warteg yang belum pakai QRIS, ya kita pakai tunai,” kata dia.

Pun dengan tempat wisata, Fadia mengaku layanan transaksi digital QRIS di sejumlah tempat wisata lebih mengakomodir pengunjung.

“Tempat wisata pembayarannya sudah ada QRIS, jadi lebih mudah sih kalau dompet ketinggalan bisa pakai itu,” Katanya.

Untuk diketahui, QRIS merupakan standar QR Code untuk pembayaran di Indonesia yang dikembangkan oleh Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI).

QRIS diluncurkan secara nasional pada 17 Agustus 2019 bertujuan untuk mempermudah, dan mempercepat transaksi pembayaran yang berstandar.

Kemudahan Fitur Layanan QRIS

Dalam kesempatan tersebut, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, mengajak seluruh elemen masyarakat mulai terbiasa menggunakan metode transaksi digital salah satunya QRIS.

“Kepada masyarakat mari kita gunakan metode pembayaran elektronik QRIS salah satunya. Mari kita tingkatkan pembayaran melalui mode elektronik QRIS agar kita mudah, efisien, dan terhindar dari uang palsu,” kata dia.

Rahmat menambahkan, fitur-fitur dalam QRIS selalu diperbaiki dari sisi keamanannya, sehingga akan membuat nyaman kepada pedagang atau merchant maupun masyarakat luas.

Dalam kesempatan lain, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Nita Rachmenia, menambahkan, instansinya punya program kerja edukasi hingga ke sekolah-sekolah dan kampus.

Program yang dinamai QRIS Goes to School, dan QRIS Goes to Campus, dengan tujuan meningkatkan literasi dan volume transaksi pembayaran digital tersebut.

“Pada program ini, disamping sosialisasi ada user experience, intinya kami tekankan bangun user experience-nya,” kata dia.

Lebih lanjut program QRIS Goes to School, telah dilakukan 22 kali yang diikuti 23.712 pelajar.

Pihaknya menyebutkan, tingkat literasi pemahaman peserta tentang sistem pembayaran non tunai mencapai 82,33%.

Kemudian untuk program QRIS Goes to Campus telah dilakukan sebanyak enam kali, dengan total audiens sebanyak 5.000 mahasiswa/i.

“Kegiatan ini berkolaborasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan perbankan. Pun pada program ini, tingkat literasi pemahaman peserta tentang sistem pembayaran non tunai mencapai 82,33%,” kata Nita.

Diaz Abidin