blank
Pj Bupati Kudus Dr M Hasan Chabibie menemani Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan ziarah berbincang hangat dengan sesepuh Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus. foto: dok

KUDUS (SUARABARU.ID) – Di sebuah senja akhir bulan Sya’ban 1445 Hijriyah atau bertepatan dengan 11 Maret 2024, Penjabat Bupati Kudus Dr M Hasan Chabibie ST MM dengan diiringi sejumlah tokoh naik ke atas Menara Kudus. Dengan bersusah payah, Pj Bupati dan rombongan meniti satu demi satu anak tangga yang ada di dalam bangunan peninggalan masa Sunan Kudus tersebut.

Sesampainya di atas Menara, Pj Bupati dengan keyakinan diri langsung menabuh bedug yang kemudian disambut dengan lantunan shalawat dari grup rebana para santri yang sudah ada terlebih dahulu ada di atas Menara.

Tabuhan bedug yang dilakukan Pj Bupati Kudus tersebut menjadi penanda bahwa sore itu adalah senja terakhir bulan Sya’ban dan sekaligus menandai bahwa bulan Ramadhan nan berkah sudah tiba. Tabuhan bedug dari atas Menara Masjid Al Aqsa Sunan Kudus yang kemudian diiringi lantunan shalawat tersebut juga menjadi bagian dari tradisi Dandangan yang digelar setiap tahunnya.

Apa yang dilakukan Pj Bupati Kudus tersebut tentunya akan menjadi catatan sejarah tersendiri bagi masyarakat Kudus. Bagaimana seorang pimpinan daerah mengambil peran menjadi tokoh sentral dari pengumuman awal bulan Ramadhan, merupakan hal yang sudah sangat lama tidak dilakukan di era bupati-bupati sebelumnya.

Apalagi dengan berkembangnya mitos rajah Kalacakra yang tertanam di Kawasan Menara Kudus menjadi halangan bagi para pejabat daerah yang akan berkunjung ke Kawasan Makam Sunan Kudus.

Namun hal tersebut tidak menjadikan risau bagi Hasan Chabibie. Bahkan sebelum menabuh bedug, Hasan yang juga merupakan pejabat di Kemendikbud tersebut menyempatkan diri untuk sowan dan berziarah ke makam Sunan Kudus.

Dalam pernyataannya, Hasan mengatakan nilai-nilai yang diajarkan Kanjeng Sunan Kudus sungguh elok nan elegan. Syekh Ja’far Shodiq telah meletakkan syariat sebagai pondasi membangun peradaban.

Sehingga, seluruh masyarakat Kudus wajib merenung dan merefleksikan diri dapat memperbaiki diri dan melestarikan ajaran Sunan Kudus untuk warisan peradaban masa depan.

“Kita perlu refleksi diri supaya kita bisa memperbaiki diri untuk melestarikan warisan nilai-nilai yang diajarkan Kanjeng Sunan Kudus,” ujarnya.

blank
Pj Bupati Kudus Dr M Hasan Chabibie menilai banyak ajaran luhur Kanjeng Sunan Kudus yang mengandung hikmah yang patut diteladani. foto: dok

Hasan juga bercerita sebuah rahasia dirinya sebelum akhirnya mendapat tugas ke Kudus sebagai Pj Bupati. Waktu itu , Hasan bertemu dengan Maulana Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan pengasuh ponpes Al-Fariyah dan menyampaikan  tentang Amanah yang harus diembannya untuk memimpin Kudus.

“Kebetulan setiap malam Jumat setiap bulan saya selalu sowan ke beliau. Dan saat itu, saya minta nasehat,”kata Hasan.

“Dan beliau bertanya dua hal, pertama jenengan diminta apa minta untuk tugas dan pergi ke Kudus. Saya jawab, saya diminta ke sana, berkali-kali saya diminta ke sana. makanya saya minta nasihat ke sana. Jadi saya tidak meminta tapi saya diminta bertugas ke Kudus. Pertanyaan kedua ke Kudus pakai uang apa tidak. Lazimnya kepala daerah, kontestan politik itu kan menggunakan, saya jawab tidak menggunakan uang satu rupiah pun untuk menjadi Pj Bupati Kudus,” dia melanjutkan.

Singkat kata, Habib Jindan pun memberikan tanggapan yang di luar dugaan. Sang Habib menyebut bahwa Hasan harus memanggul Amanah sebagai Pj Bupati Kudus lantaran mendapat panggilan dari Kanjeng Sunan Kudus.

“Di luar dugaan kalimat ketiga, kalau jenengan tidak minta dan anda tidak pakai uang artinya anda dipanggil Sunan Kudus untuk berangkat ke sana (ke Kudus). Saya langsung mak tratap apa iya, orang seperti saya bekerja di pemerintahan banyak dosa, kok diundang ke Sunan Kudus,” kata Hasan.

Atas hal tersebut, Hasan menyampaikan dirinya siap untuk menjalankan Amanah dengan sebaik-baiknya. Pihaknya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan bertugas di Kudus untuk menyesap saripati nilai-nilai ajaran Kanjeng Sunan Kudus untuk kemudian diaplikasikan dalam kebijakan pemerintahan yang diembannya.

Salah satu pokok ajaran luhur dari Syekh Ja’far Shodiq atau Sunan Kudus adalah pentingnya toleransi dan menghargai perbedaan dan toleransi.

“Upaya yang seharusnya kita lakukan yaitu hormati leluhur serta lestarikan budaya yang diwariskan, juga pentingnya toleransi dan menghargai peradaban,” ujarnya.

Tak hanya pada momentum Dandangan saja, hikmah dan nilai ajaran Kanjeng Sunan Kudus juga sempat diaplikasikan Pj Bupati Kudus dalam menjalankan pemerintahan di Kabupaten Kudus. Salah satunya adalah dengan melantik pejabat di pintu gapura Padureksan Menara Kudus.

Menurut Hasan, apa yang dilakukan tersebut merupakan Pemkab Kudus untuk meningkatkan khidmah kepada masyarakat yang dilandasi nilai-nilai spiritual. Sebelumnya juga sudah dicontohkan Kanjeng Sunan Kudus pada 500 tahun yang lampau.

“Kali ini kita kembalikan niatnya ke sana, sehingga masyarakat dan pejabat yang baru dilantik diikrarkan semuanya untuk bekerja dengan sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab,” ujarnya.

Berdasarkan penuturan dari para sesepuh pengurus Menara Kudus, kata dia, dari dulu perkara kemasyarakatan dan sosial dilaksanakan di Menara Kudus. Hal ini dibuktikan adanya makam Bupati Kudus pertama dan kedua di kompleks Makam Sunan Kudus.

“Kami mencoba menata seperti Kanjeng Sunan Kudus, pejabat dilantik dan diikrarkan bersama semua jajaran pejabat Pemkab Kudus. Dengan harapan bisa bekerja dengan sebaik-baiknya dengan penuh rasa tanggung jawab,” ujarnya.

Upaya untuk menghargai Kanjeng Sunan Kudus pun diupayakan dengan upaya Pemkab Kudus untuk mengusulkan dzurriyah Syekh Ja’far Shodiq yakni KHR Asnawi sebagai pahlawan nasional. KHR Asnawi  yang merupakan keturunan ke-14 dari Sunan Kudus dinilai memiliki jasa dalam dalam mengembangkan dakwah dan menanamkan rasa nasionalisme yang tinggi.

“Saya telah menandatangani usulan dan pembentukan tim untuk menjadikan Kiai Raden Asnawi sebagai pahlawan nasional. Atas restu keluarga beliau, atas restu yayasan menara, saya mohon dukungan untuk menjadikan Kiai Raden Asnawi menjadi pahlawan nasional,” ujarnya.

Ads-Ali Bustomi