WONOSOBO (SUARABARU.ID)– Wonosobo memang kaya tradisi budaya, yang juga menjadi daya tarik wisata. Misalnya tradisi mengarak tenong berisi makanan di Desa Giyanti, Selomerto. Kemudian tradisi ruwat anak berambut gimbal, nyadran, sedekah bumi, dan sebagainya.
Demikian halnya yang dilakukan warga Desa Warangan, Kecamatan Kepil, Wonosobo. Tradisi Momongi Tampah tidak terlepas dari sejarah berdirinya Desa Warangan.
Diawali dengan perlawanan para pejuang yag sakti mandraguna atau para winasis yang berasal dari kerajaan Mataram melawan penjajahan Belanda di wilayah Wonosobo bagian Timur.
Yakni Ki Ageng Warangan atau Pangeran Gelap Ngampar, beliau kemudian memberi nama dusun yang beliau tempati dengan nama Warangan.
Raden Mas Jolang (Amangkurat II) atau Mbah Kiai Satrio, beliau memberi nama Dusun Satriyan, Pangeran Ontowiryo atau Mbah Kiai Klesem beliau memberi nama Dusun Klesman dan Ki Ageng Garungan, beliau memberi nama Dusun Garung.
Disamping berjuang melawan Belanda, para winasis juga mendidik warga desa dengan berbagai kemampuan di bidang perekonomian. Baik di bidang pertanian maupun kemampuan membuat kerajinan bambu mengingat di Desa Warangan banyak dijumpai tanaman bambu.