BELITUNG (SUARABARU.ID) – Angka pernikahan dini di Kabupaten Belitung Timur (Beltim), Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) dilaporkan cukup tinggi. Ini menjadi salah satu sebab, mengapa tidak seorang pun perempuan di Beltim yang duduk menjadi Anggota Legislatif.
Ketua DPRD Kabupaten Beltim, Fezzi Utolseja, menyatakan hal itu saat menerima rombongan DPRD Kabupaten Wonogiri yang melakukan studi banding. Sebanyak 25 Anggota DPRD Kabupaten Beltim semua didominasi oleh kaum pria. ”Di sini angka pernikahan dini tinggi,” ujar Fezzi.
Pemicu banyaknya nikah dini, antara lain karena warga mudah memperoleh uang dari
ngasak timah sebagai usaha memanfaatkan limbah buangan perusahaan pengolah timah. Ngasak, dapat diartikan sebagai upaya memanfaatkan sisa buangan limbah olahan timah dari perusahaan. Hasil timah perolehan masing-masing warga, kemudian dijual laku Rp 170 ribu sampai Rp 200 ribu per Kilogram (Kg). ”Bahkan dulu pernah laku Rp 250 ribu per kilogramnya,” tutur Fezzi.
Mencari mineral timah dengan cara ngasak dari limbah sisa buangan pengolahan yang dilakukan perusahaan legal, itu menjadi pilihan warga Beltim. Penambangan timah telah dilakukan lama, sejak Zaman Penjajahan Belanda. Tapi warga Beltim sebagai tuan rumah, tak memiliki kuasa untuk mengeksplorasinya, karena sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat. Warga Beltim, hanya tersenyum kecut, tatkala muncul kasus korupsi Tambang Timah Rp 300 Triliun.
Sejarah penambangan timah dengan cara sederhana sudah dimulai sejak zaman Kerajaan Palembang. Ketika orang-orang Eropa datang ke Nusantara, perubahan penambangan mulai terjadi dan semakin masif. Hal ini ditandai dengan berdirinya beberapa perusahaan penambangan timah, yakni Bangka Tin Winning Bedrijft (BTW) di Bangka, Gemeenschaappelijke Mijnbouw Maatschaappij Billiton (GMB) di Belitung, dan Singkep TIN Exploitatie Maatschappij (SITEM) di Singkep.
Pada abad ke-18, sekitar Tahun 1724, pekerja tambang timah asal China mulai berdatangan ke Kepulauan Bangka Belitung. Tenaga kerja dari luar daerah terpaksa didatangkan, karena Sultan Palembang harus memenuhi kuota timah yang disepakati dengan Belanda pada masa itu.
Awak Media
Indonesia menjadi negara penghasil timah terbesar kedua sekaligus pemilik cadangan timah terbesar setelah China. Menurut US Geological Survey dalam buku Mineral Commodity Summaries (2020), Indonesia memproduksi sebanyak 85.000 ton timah pada Tahun 2018, dan memproduksi 80.000 ton pada Tahun 2019 dengan total cadangan mencapai 800.000 ton.Bangka Belitung adalah penghasil timah terbesar di Tanah Air, mencapai 90 persen dari total produksi timah di Indonesia. Selain Bangka Belitung, daerah yang memiliki hasil tambang timah adalah Kepulauan Riau, Riau (daratan) dan Kalimantan Barat.
Selama 4 hari, terhitung sejak Senin (28/10/24) sampai dengan Kamis (31/10/24), sebanyak 19 Anggota Legislatif Kabupaten Wonogiri melakukan studi banding ke Kabupaten Beltim dan Kabupaten Belitung di Provinsi Kepulauan Babel. Studi banding dipimpin oleh Wakil Ketua Dewan Suryo Suminto bersama 18 Anggota yang mewakili pimpinan Alat Kelengkapan (Alkap) Dewan.
Mereka terdiri atas Sutoyo, Jati Waluyo, Iskandar, Ari Sumantri, Suyoto, Dani Mursito, Irwan Hari Purnomo, Joko Warsito, Astarno, Mariji, Heru Sukoco, Reni Toriliana, Intan Kusuma Susanti, Dwi Prasetyo, Azaela Puteri Utami, Iwan Susilo, Ahmad Nasir dan Romadhani Andang Nugroho.
Ikut mendampingi Kabag Persidangan, Sunardi, bersama sejumlah staf. Studi banding ini, mengajak serta para awak media yang selama ini menjadi mitra DPRD Kabupaten Wonogiri. Mereka terdiri atas Bambang Pur, Khalid Yogi, Joko Santosa, Tulus Premana Edi, Wibatsu Ari Sudewo, Iwan Adi Luhung, Aris Arianto, Ares Munandar, Dicky Pradika dan Eka RGS.
Studi banding dilakukan untuk mencari referensi tentang kemitraan DPRD dengan awak media. Di luar itu, berkembang wacana tentang timah, pemekaran daerah, keterwakilan perempuan di lembaga legislatif dan kesetaraan gender. Saat datang di DPRD Kabupaten Belitung, rombongan studi banding dari Kabupaten Wonogiri diterima oleh Wakil Ketua Dewan, Hilman, didampingi Kabag Persidangan, Hendi.(Bambang Pur)