blank
ilustrasi penggunaan parfum favoritmu. Foto: pixabay

SEMARANG (SUARABARU.ID)- Parfum merupakan sediaan cair yang digunakan untuk memberikan aroma wangi pada tubuh, ruangan, atau objek tertentu. Parfum merupakan campuran dari berbagai bahan kimia, seperti minyak esensial, senyawa aroma, fiksatif, dan pelarut.

Parfum dapat dibuat dari bahan alami maupun sintetis. Zat pewangi yang digunakan dalam parfum dapat berasal dari minyak atsiri atau dibuat secara sintetis.

Kata parfum berasal dari bahasa Latin, yaitu per yang berarti menyeluruh atau melalui, dan fumus yang berarti asap. Sejarah parfum sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Mesir adalah negara pertama yang memasukkan parfum ke dalam budayanya, diikuti oleh Cina kuno, Hindu, Israel, Carthaginians, Arab, Yunani, dan Romawi.

Leow Yung Hian menjelaskan bahwa kontak langsung dengan parfum bisa menimbulkan reaksi yang dikenal sebagai dermatitis kontak iritan, di mana kulit teriritasi akibat senyawa kimia yang terkandung dalam wewangian.

Menurut Leow, siapa pun bisa mengalami dermatitis kontak iritan jika parfum digunakan dalam konsentrasi yang salah. Reaksi ini dapat muncul pada pemakaian pertama atau setelah paparan berulang.

“Produk dengan konsentrasi yang berlebihan dapat menimbulkan masalah,” jelasnya.

Dermatitis kontak bukan satu-satunya masalah kulit yang dapat timbul akibat parfum. Leow juga menyebutkan kemungkinan terjadinya dermatitis kontak alergi, yaitu reaksi alergi kulit terhadap wewangian tertentu. Bagi mereka yang memiliki alergi, paparan berulang terhadap bahan kimia dalam parfum bisa memicu ruam gatal yang berkelanjutan.

Dr. Christopher Foo, seorang spesialis dermatologi dari Raffles Skin & Aesthetics, turut menyoroti bahwa bahan kimia dalam parfum memiliki peran besar dalam memicu reaksi kulit.

“Setiap parfum memiliki komposisi kimia yang berbeda, dan ini dapat memengaruhi kulit dengan cara yang berbeda pula,” katanya.

Jason Lee, pendiri dan CEO Six Scents, menambahkan bahwa senyawa sintetis seperti musk atau bahan pengawet buatan juga sering kali menjadi pemicu alergi.

“Bahkan minyak esensial alami, yang sering dianggap aman, bisa menyebabkan iritasi pada kulit sensitif karena sifatnya yang terkonsentrasi,” ujar Lee.

Lee menguraikan beberapa bahan parfum yang berpotensi menimbulkan reaksi alergi, terutama jika kandungannya terlalu tinggi. Beberapa minyak alami seperti kulit kayu manis, serai, peppermint, cengkeh, dan pohon teh memiliki sifat iritatif bila digunakan pada kulit yang sensitif.

Reaksi alergi terhadap parfum tidak selalu terjadi segera setelah kontak pertama. Dr. Foo menjelaskan bahwa sistem kekebalan tubuh dapat mengenali parfum sebagai zat berbahaya setelah paparan berulang kali, sehingga akhirnya timbul ruam atau rasa gatal. Ia menyarankan untuk segera menghentikan penggunaan parfum jika timbul reaksi ringan seperti ruam.

“Jika ruam gatal yang muncul ringan, krim hidrokortison yang merupakan steroid topikal anti-inflamasi bisa digunakan untuk meredakan gejala,” tambah Dr. Foo.

Untuk mencegah alergi, Lee menyarankan agar kita selalu menguji wewangian sebelum memakainya secara luas. Cara terbaik adalah dengan menyemprotkan sedikit parfum pada pergelangan tangan atau bagian dalam siku, kemudian menunggu beberapa jam untuk melihat reaksi kulit.

“Wewangian bereaksi dengan kimia kulit kita, jadi aroma yang dihasilkan di kertas mungkin berbeda dengan di kulit Anda,” ujarnya.

Claudia