Ilustrasi. Reka: wied SB.ID

JC Tukiman Tarunasayoga

SEBELUM berlanjut, bacalah kata gereh di judul ini seperti Anda mengucapkan kata-kata  sengketa, bendera, merdeka; dan harap jangan melafalkannya seperti kata-kata segera, semesta, seteru; namun juga jangan seperti mengucapkan kata  weleh-weleh atau termehek-mehek. Terimakasih)

Apa itu gereh? Orang-orang luar Jawa yang ingin menyoba nikmatnya pecel atau pun urap, pada awalnya sering kebingungan ketika ditanya: “Pakai gereh?” Begitu dijawab “Nggih” lalu  dihidangkan dalam sepincuk daun pisang dan gereh itu ditaruh sebagai topping-nya, orang itu bertanya-tanya: Apa ini? Sertamerta terbahak-bahak ketika tahu bahwa itulah gereh itu. Ohhhh,  ikan asin.

Bener! Gereh itu ikan asin. Konon, ikan yang paling enak dijadikan ikan asin ialah ikan laut, bukan ikan air tawar. Mengapa? Entahlah.  Namun dapat diduga salah satu alasannya, mungkin berkaitan dengan ketersediaan barang bakunya.

Matahari dan Garam

Tangkapan ikan laut pasti jauh lebih banyak dibandingkan dengan tangkapan ikan air tawar; dan sangat wajar jika tidak semua hasil tangkapan ikan laut habis terkonsumsi dalam keadaan segarnya.

Baca juga Ason-Ason

Masih ada sisa, lebih-lebih ikan-ikan kecil. Ikan-ikan (kecil) sisa itulah yang dijadikan bahan baku ikan asin.

Jawaban atas pertanyaan mengapa gereh yang dibuat dari  ikan laut lebih enak dari pada ikan tawar, belum terjawab. Jawaban paling mudah memang: Rasa itu selera dan sangat ditentukan oleh cinta.  Jika sedang cinta, tahi kucing pun tidak dirasa bau menyengatnya, dihirup-hirup  serasa coklat.