blank
Warga yang pro atas proyek Pamsimas saat menggelar aksi di depan kantor Dinas PUPR. foto: Ali Bustomi

KUDUS (SUARABARU.ID) – Puluhan warga Desa Kajar, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus menggeruduk Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kudus, Selasa (10/9). Kedatangan warga tersebut untuk menuntut agar proyek Pamsimas di desa setempat tetap berlanjut.

Aksi warga tersebut dilakukan lantaran di saat yang bersamaan, terdapat lima orang warga lain yang mengatasnamakan Aliansi Masyarakat Kajar, yang menggelar audiensi dengan Dinas PUPR dengan tuntutan yang berbeda yakni menolak keberadaan Pamsimas.

Munculnya dua massa yang pro dan kontra tersebut membuat aparat kepolisian menurunkan puluhan anggota untuk menjaga lokasi. Mereka melakukan penjagaan ketat agar kedua kelompok ini tidak saling bersinggungan dan terlibat konflik.

Massa yang pro atas proyek Pamsimas datang dengan mengendarai enam mobil bak terbuka dengan membawa berbagai spanduk berisi permintaan pembuatan sumur bor dilanjutkan.

Beberapa spanduk yang dibawa tersebut bertuliskan, “Kami warga Kajar masih butuh air sumur bor”, “Cinta bisa kami tolak, air bor jangan ya dek ya”, “Mesake wong cilek seng kekurangan banyu, “Jangan adu domba warga kajar, PUPR kamu mendukungmu i Miss you”.

Salah satu peserta aksi Edi Purnomo menyebut, saat ini proyek sumur bor sudah selesai di satu titik dan akan berlanjut ke titik lainnya. Dari satu titik tersebut, warga sangat merasakan manfaatnya.

Namun tiba-tiba masyarakat mendengar ada warga lainnya yang ingin proyek tersebut dihentikan.  Sehingga ketika mereka mendengar kabar ini, mereka langsung sepakat untuk menyuarakan aspirasinya langsung ke Dinas PUPR.

”Kami sangat merasakan dampak dari sumur bor ini, kalau nanti dihentikan bagaimana dengan anak cucu kami,” katanya lantang.

Soal adanya anggapan sumur bor akan merusak mata air pun dibantah oleh Edi dan para massa. Menurut mereka keberadaan sumur bor tidak berdampak sama sekali dengan mata air yang ada di desa tersebut.

”Mata airnya tidak kena dampaknya, selama ini kami juga memakai, namun ketika kemarau, bayangkan saja satu pipa kecil itu dibagi 10 jalur rumah tangga, ya sudah munculnya sangat kecil, makanya kami bilang sumur bor ini penyelamat kami,” tegasnya.

Meski tidak diperbolehkan masuk ruang audiensi, massa pro Pamsimas ini tetap setia menunggu di luar kantor hingga proses audisensi selesai dilaksanakan.

blank
Sutikno, perwakilan Aliansi Masyarakat Kajar yang menolak proyek Pamsimas dengan sumur bor. foto: Ali Bustomi

Merusak Mata Air

Sementara, pihak Aliansi Masyarakat Kajar sempat diterima untuk audiensi meski dilakukan secara tertutup. Sekitar satu jam pelaksanaan, pihak Aliansi Masyarakat Kajar pun keluar yang disambut sorakan dan cemohan massa yang pro Pamsimas.

Sutikno, salah satu perwakilan Aliansi Masyarakat Kajar mengatakan, pihaknya tidak setuju dengan adanya program Pamsimas dengan menggunakan Sumur Bor. Pihaknya meminta agar Pemerintah Desa lebih memanfaatkan air permukaan yang sebagaimana dilakukan selama ini.

“Ini bukan masalah (tak setuju) programnya. Ini yang kita permasalahkan ABP-nya. Kenapa kalau sumber mata air permukaan sudah lebih dari cukup, kok, bikin yang kedua. Sama-sama anggaran kenapa tidak menata yang itu (sumber air permukaan),” terangnya.

Ia menyebut, soal perizinan yang didengarkan dalam audiensi dari keterangan PUPR, bahwa proyek yang berasal dari Dana Alokasi Khusus (DAK), tidak ada persyaratan mengenai izin, kecuali izin APB-nya.

Sementara itu, Kepala Desa Kajar, Bambang Totok Subiyanto, menuturkan, sebenarnya program tersebut dengan tujuan yang sama antara kubu penolak maupun kubu pendukung. Mereka semua kepengen mendapatkan air bersih.

“Kami dari Pemdes Kajar ingin sarana prasarana harus kita siapkan biar masyarakat tidak saling bergejolak di kemudian hari,” jelasnya.

Ia menuturkan, Pemdes Kajar memang mengajukan proposal terkait pengadaan proyek sumur bor. Itu sebagai langkah mengupayakan semua warganya mendapatkan air bersih secara adil.

“Ada tiga APB yang kita usulkan. Kita itu punya namanya air telaga, itu kalau diatur secara PAM bisa mencukupi 3.500 rumah. Tapi saat ini, kan, pengaturannya masih secara manual. Jadi saat ini hanya 610 rumah yang teraliri,” ungkapnya.

Maka dari itu, kata Bambang, sumur bor menjadi solusi tepat untuk masyarakat mendapatkan air bersih. Air dari sumur bor itu katanya juga seperti air permukaan, di mana sistem alam akan berlaku. Artinya sistem alam akan terjaga dan kembali lestari.

Ali Bustomi