WONOGIRI – Musim kemarau kali ini belum juga berakhir. Hujan memang sudah turun, tapi menghilang lagi. Sumber mata air pada mengecil, dan bahkan beberapa ada yang mati. Dampaknya, desa dan kecamatan yang masuk dalam zona merah kekeringan di Kabupaten Wonogiri meluas, penduduk yang dilanda kekeringan bertambah jumlahnya, mencapai 60 ribu jiwa lebih.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, menyatakan, banyak didapati sumber mata air di pedesaan berangsur mengecil dan terhenti. ”Ini berdampak pada meluasnya wilayah kekeringan di Kabupaten Wonogiri,” ujarnya. Dari semula hanya 40 desa di 8 kecamatan, meluas menjadi sebanyak 70 desa di 14 kecamatan. Jumlah warga yang kesulitan air bersih meningkat dari semula 47 ribu jiwa menjadi 60 ribu jiwa.
Kabupaten Wonogiri terdiri atas sebanyak 294 desa/kelurahan di 25 kecamatan. Untuk menanggulangi warga yang kesulitan mendapatkan air bersih, Pemkab telah menyediakan dana Rp 1 miliar, guna operasional mobil tangki yang melakukan droping pemberian bantuan air bersih. ”Jumlah operasional droping bantuan air bersih kita tingkatkan, dan kami juga melakukan kerjasama dengan pihak ketiga yang peduli memberikan bantuan,” tandas Bambang Haryanto.
Wilayah Baru:
Contoh wilayah baru yang sekarang ikut dilanda kekeringan adalah Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Wonogiri. Wilayah kecamatan yang terletak di ujung tenggara Kabupaten Wonogiri ini, selama ini tidak pernah dilanda kekeringan, karena banyak memiliki potensi sumer mata air. Tapi pada puncak musim kemarau Tahun 2019 ini, ikut terdampak kekeringan. Banyak sumber mata air dari lereng perbukitan dan hutan, berangsur mengecil dan beberapa diantaranya mati.
Menyikapi ini, Anggota Koramil-23 Karangtengah Kodim 0728 Wonogiri, Kopda Suyanto bersama dengan perangkat Desa Purwoharjo, Wahyu, melaksanakan pendampingan pemberian bantuan air bersih kepada warga masyarakat Desa Purwoharjo, Kecamatan Karangtengah. Bantuan air bersih dari seseorang yang menyebut dirinya sebagai ‘Hamba Allah’ ini, berjumlah 6 truk tangki atau 30.000 liter. Dibagikan kepada warga di 5 dusun, yakni Dusun Ngandong, Ngaglik, Ngijo, Nglegok, dan Dusun Kaliwungu.
Budayawan Jawa penerima anugerah Bintang Budaya, Kanjeng Raden Arya (KRA) Drs Pranoto Adiningrat MM, menyatakan, orbit mangsa kanem dalam pranata mangsa (siklus musim versi Kejawen), berlangsung sejak Tanggal 10 Nopember sampai 22 Desmeber 2019 mendatang. Memiliki candra (gambaran) Rasa Mulya Kasuciyan. Artinya, mendapat kebahagiaan karena telah datang musim penghujan.
Abdi dalem Keraton Surakarta ini, menyebutkan, bila sekarang masih mahal hujan, itu terpengaruh oleh sifat tahun versi Kejawen. Ada tiga siklus tahun yang mahal hujan. Ini erat dengan hari Tanggal 1 Sura awal Tahun Jawa. Bila jatuh hari Minggu, disebut Dite Kalaba, hari Rabu (Buda Mahesaba), dan hari Sabtu (Tumpak Menda). Pada siklus tahun-tahun tersebut, mahal hujan dengan ditandai musim kemaraunya panjang tanpa ada hujan kiriman.
suarabaru.id/Bambang Pur