blank
Ilustrasi. Rela: wied

blankOleh Johan Saputro, S.I.Kom

SEKITAR 300-an penerima beasiswa Sintawati (Siswa Pintar Sukowati), yang terdiri atas alumni dan penerima aktif, dalam sebuah acara bersejarah, Gathering Mahasintawati Sabtu, 27 Januari 2024.

Acara yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen ini bukan hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga kesempatan untuk merenungkan keberhasilan program beasiswa yang telah menjadi tulang punggung pembangunan pendidikan selama 12 tahun terakhir.

Prayoga Aris Munandar, seorang alumni beasiswa Sintawati asal Desa Plosokerep, Kecamatan Karangmalang, menjadi salah satu narasumber yang membagikan kisah suksesnya. Baginya, beasiswa ini tak hanya sekadar alat pembiayaan pendidikan di Universitas Diponegoro Semarang. Setelah sukses meraih gelar, Prayoga kini berkiprah di salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan bahkan mampu mendukung pendidikan adiknya.

Dalam pandangan Prayoga, esensi sejati dari beasiswa Sintawati tak hanya tampak dalam konteks pembiayaan pendidikan pribadinya. Baginya, peran beasiswa ini sejatinya lebih besar, yakni memutus mata rantai kemiskinan di Sragen.

Presiden Joko Widodo telah menetapkan penghapusan kemiskinan ekstrem hingga nol persen pada tahun 2024 sebagai agenda prioritas pemerintah.

Menurut Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, kemiskinan ekstrem adalah kondisi ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, mulai dari makanan, air bersih, sanitasi layak, kesehatan, tempat tinggal, hingga pendidikan dan akses informasi terhadap pendapatan dan layanan sosial.

Biaya pendidikan yang tinggi di Indonesia disinyalir menjadi salah satu penyebab kemiskinan. Mahalnya biaya pendidikan meningkatkan risiko bagi pelajar dan keluarga kurang mampu untuk menghentikan pendidikan karena faktor ekonomi.

Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati atau Mbak Yuni, memberikan penegasan kuat terkait peran penting pendidikan dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Baginya, melalui pendidikan, pola kemiskinan struktural dapat diubah, dan mindset masyarakat bisa ditingkatkan untuk mencapai perubahan positif.

Pentingnya pendidikan dalam memutus rantai kemiskinan juga diperkuat oleh konsep dari para ahli ekonomi. Todaro & Smith (2009) menegaskan bahwa peningkatan pendidikan dapat mengurangi kemiskinan dengan meningkatkan tingkat melek huruf dan lama belajar.

Dukungan ini juga ditemukan dalam penelitian Desmawan, et al. (2021), yang menunjukkan bahwa sumber daya manusia, diinterpretasikan melalui Human Capital Index, berpengaruh signifikan dalam mengurangi kemiskinan.

Peningkatan modal manusia dalam pendidikan dan kesehatan akan menunjang produktivitas seseorang dan dapat mengeluarkannya dari jerat kemiskinan.

Pendapat Becker (1964) dan Mankiw, et al. (2012) menyatakan bahwa pendidikan tinggi memberikan keunggulan ekonomi, melalui upah yang lebih tinggi dan peluang untuk keluar dari kemiskinan. Penelitian Hofmarcher (2019) dan Wanka dan Rena (2019) menegaskan bahwa pendidikan memiliki pengaruh signifikan terhadap penurunan kemungkinan hidup dalam kemiskinan di masa dewasa.

Sebagai alumni penerima beasiswa Sintawati angkatan pertama tahun 2012, saya sendiri merasakan dampak positifnya. Beasiswa ini memungkinkan saya menyelesaikan pendidikan tinggi dan kini menjadi bagian dari Aparatur Sipil Negara (ASN) di Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Grobogan. Pengalaman ini mencerminkan betapa pentingnya beasiswa Sintawati sebagai instrumen pengurangan kemiskinan melalui pendidikan.

Dalam konteks pengurangan kemiskinan, perlu dipahami bahwa pendidikan bukan hanya investasi pada individu, tetapi juga investasi pada masa depan suatu masyarakat. Melalui komitmen bersama, kita dapat memastikan bahwa beasiswa Sintawati dan program-program serupa tetap berkelanjutan untuk memberikan peluang dan harapan bagi generasi mendatang.

Pendekatan ini adalah langkah konkret menuju visi Presiden Joko Widodo untuk menghapus kemiskinan ekstrem hingga nol persen pada tahun 2024.

Sebagai masyarakat, mari bersama-sama mendukung dan mendorong pemerintah untuk terus mengutamakan pendidikan sebagai tonggak pengurangan kemiskinan. Setiap langkah kecil dan setiap kesempatan pendidikan adalah investasi berharga untuk mewujudkan perubahan yang lebih baik dan merata di masyarakat.

Johan Saputro, S.I.Kom., Alumni Mahasintawati, kini bekerja sebagai Pranata Humas Ahli Pertama Pemkab Grobogan