JEPARA (SUARABARU.ID)- Ada yang beda dalam peringatan Hari Santri tahun 2023 di MTs-MA NU Nahdlatul Fata Petekeyan. Pasalnya, kegiatan peringatan Hari Santri yang biasa dilaksanakan adalah Apel Hari Santri dilanjutkan dengan Istighosah dan Khotmil Qur’an, tahun ini ditambah dengan Kirab Santri Keliling Desa Petekeyan.
Menurut Ahmad Munif, Ketua Panitia Pelaksana Kirab Santri tujuan dari Kirab Santri adalah untuk mensosialisasikan peran santri dan kiprahnya di tengah-tengah masyarakat, serta menanamkan kebanggaan sebagai santri. ” Kaum santri harus bangga eksistensi dan kontribusinya diakui Pemerintah lewat SK Presiden Jokowi 22 Oktober tahun 2015 tentang penetapan Hari Santri Nasional.
Kirab Santri diikuti siswa-siswi KB-RA Unggulan Nahdlatul Fata, siswa-siswi MTs-MA NU Nahdlatul Fata, dan dewan guru. Kirab Santri menyusuri jalan Petekeyan- Demangan ke arah Jalan Sembada Ukir lewat Jalan Tombongan Randu melewati Jalan Jepara-Bugel dan kembali finish di halaman MTs-MA NU Nahdlatul Fata Petekeyan. Berbagai kreasi, kostum, dan poster-poster inspiratif tentang santri tampak dalam iring-iringan yang terbagi dalam 23 kelompok peserta.
Kirab Hari Santri dilepas oleh Waka Kesiswaan MA NU Nahdlatul Fata, Ahmad Munif didampingi beberapa dewan guru dan Tenaga Kependidikan.
Sebelum acara Kirab Santri, seluruh peserta mengikuti kegiatan Apel Hari Santri yang dipimpin oleh Kepala MA NU Nahdlatul Fata, H. Nur Khandir. Dalam amanatnya H. Nur Khandir mengajak kepada siswa-siswi MTs-MA NU yang merupakan para santri untuk mengejawantahkan karakter santri dalam kehidupan sehari-hari.
“Santri itu perilakunya santun, penyayang kepada sesama, melihat apapun dengan ‘ainur rahmah’, tangguh, gigih berjuang, tidak lebay, tidak alay, tidak cengeng. Jangan ada bullying sebagaimana yang sedang viral di medsos akhir-akhir ini. Kalau bercanda yang biasa-biasa saja saya kira wajar. Itulah karakter-karakter yang kita bentuk sehari-hari di MTs-MA NU Nahdlatul Fata.
Lewat referensi kitab kuning, Ta’lim Al Mutaalim, Maslakun Najah, Taqrib, Nahwu, dan shorof untuk MTs dan Fathul Mu’in, Qawaidul Fiqhiyah, Risalatul Mahidh, Nahwu, dan shorof untuk jenjang MA yang diajarkan para Kiai di madrasah ini, siswa-siswi dibekali ilmu agar siap dan sigap menghadapi tantangan zaman.
Lewat pembiasaan yang dipraktikkan setiap hari siswa-siswi dibentuk karakternya menjadi pribadi sholeh-sholehah. Budaya “Nderek Langkung”, sopan santun, warisan adiluhung para winasis negeri ini menjadi pemandangan rutin di MTs-MA NU Nahdlatul Fata.
Punishment bagi siswa-siswi yang melanggar Pertatib madrasah didekatkan dengan amalan kebaikan dalam ajaran Islam. Seperti sholat dhuha, membaca Al- Quran, menulis Asmaul Husna, dan pengamalan An-Nadhafatu Minal Iman. ” Guru harus tegas, tetapi tidak boleh keras. Karena yang dilakukan guru adalah “Ainur Rohmah” pandangan kasih sayang.
Bukti nyata keberhasilan dari proses Pembelajaran di MTs-MA NU Nahdlatul Fata, pada peringatan Hari Santri tadi pagi diserahkan puluhan tropi kejuaraan yang diperoleh dari cabang Pencak Silat, Futsal, dan Fashion show sebagai Juara 3 dan juara harapan atas nama Anggun dan Amelia yang diraih dalam event Hari Santri MWC NU Kota Jepara.
Hadepe – Sub