Menikmati nasi gandul Pati. Insert: nasi gandul. Foto: Kholifatun Maulintia Fajriati

NASI gandul atau (dalam bahasa Jawa: sega gandhul) adalah hidangan khas yang berasal dari Pati, Jawa Tengah, Indonesia. Tetapi, hidangan khas ini tidak hanya bisa ditemyui di Pati. Di Semarang juga ada beberapa, bahkan nyaris selalu ramai tiap malam.

Hidangan ini memiliki kemiripan dengan semur daging dan gulai. Nasi gandul terlihat seperti kombinasi antara soto dan gulai, dengan potongan daging yang disajikan dalam kuah berwarna coklat yang memiliki rasa gurih dan manis.

Desa Gajahmati di Pati, di arah selatan dari terminal bus Pati dan berdekatan dengan Desa Semampir di sebelah timurnya, menjadi tempat yang terkenal dengan hidangan Nasi Gandul. Oleh karena itu, sering kita dengar istilah “Nasi Gandul Gajah Mati.”

Bagi mereka yang belum familiar, mungkin nama hidangan ini terdengar agak asing. Kata “gandhul” dalam bahasa Jawa mengacu pada “menggantung.” Namun, dalam hal ini, bukan nasi yang dihidangkan secara menggantung, melainkan cara penjualannya yang unik.

Menurut informasi yang terdapat di situs jatengprov.go.id, konon di masa lalu, para penjual nasi gandul di Pati biasa mengangkut dagangannya dengan digantung pada pikulannya. Dari sana muncul nama “nasi gandul.”

Tetapi ada juga sumber lain menyebut, bahwa masakan berada di antara gulai dan pindang. “Tetapi bukan gulai bukan juga pindang. Nasi ini nggandhul. Maka dinamakan nasi gandul,” tutur seorang penjual nasi gandul di Jalan Dokter Cipto Semarang.

Nasi gandul adalah nasi putih yang diberi lauk empal atau daging sapi bumbu bacem, lalu diguyur kuah bercita rasa gurih.

Ketika memesan nasi gandul, biasanya Anda akan menerima sepiring nasi putih yang disajikan dengan kuah gandul dan beberapa potongan daging sapi. Jika lauk yang diberikan dianggap kurang, pembeli bisa meminta penjual untuk menambahkan lebih banyak lauk.

Biasanya, variasi lauk yang tersedia untuk nasi gandul meliputi tempe goreng, perkedel, bacem telur, daging sapi, dan jerohan sapi. Tambahan lauk ini bisa dipotong menjadi potongan kecil sesuai dengan permintaan pembeli. Jika nasi gandul terasa kurang manis, pembeli juga dapat menambahkan kecap yang sudah disediakan.

Cara penyajian nasi gandul ini cukup unik, di mana hidangan tersebut disajikan di atas piring yang dilapisi dengan daun pisang. Selain itu, saat makan tidak menggunakan sendok, melainkan alat yang disebut suru yang terbuat dari daun pisang yang dipotong panjang dan dilipat dua untuk digunakan sebagai pengganti sendok.

Walaupun demikian, sebagian besar penjual nasi gandul biasanya juga menyediakan sendok dan garpu sebagai opsi bagi pelanggan yang mungkin tidak terbiasa menggunakan suru.

Nasi gandul mudah dijumpai di daerah Pati, termasuk salah satunya adalah penjual nasi gandul di sekitar Hotel Puri atau di Jalan Diponegoro. Di daerah ini, Anda akan menemukan deretan warung yang menyajikan nasi gandul.

Pak Meled

Salah satu dari warung nasi gandul yang paling terkenal adalah Nasi Gandul Pak Meled. Mereka menggunakan teknik merebus kuah dengan kuali tanah untuk menjaga keaslian rasa. Harga satu porsi nasi gandul di Nasi Gandul Pak Meled adalah sekitar Rp 25.000.

Warung ini terletak di Krajan Gajah Mati, Desa Gajahmati, Kecamatan Pati. Mereka buka dari pukul 11.00 hingga 21.30 WIB.

Kholifatun Maulintia Fajriati-Mg