WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Rektor Universitas Sains Alquran (Unsiq) Jawa Tengah di Wonosobo Dr H Z Sukawi, MA mengatakan saat ini generasi emas tengah menghadapi fenomena bonus demografi (demographic dividend) sekaligus bencana demografi (demographic desater).
“Bonus demografi yang baik bagi generasi emas harus disertai dengan peningkatan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas. Demografi penduduk bisa jadi bencana ketika tidak disertai dengan kualitas generasi muda yang unggul,” tegasnya.
Dia menegaskan hal itu, saat membuka “Pengukuhan Mahasiswa Baru dan Studium General” yang digelar Unsiq Jateng di Wonosobo di Auditorium Poedjiharjo Kampus II Unsiq di Krasak Mojotengah, Rabu (13/9/2023). Kuliah umum diikuti sekitar 1.700 mahasiswa baru dari berbagai fakultas dan program studi.
Studium general atau kuliah umum tersebut menghadirkan Dr H Lutfi Hamidi, MAg (Rektor UNU Gorontalo dan mantan Rektor UIN Saifudin Zuhri Purwokerto) dan Tyovan Ari Widagdo, ahli teknologi informasi serta owner star up platform digital kursus bahasa Inggris Bahaso di Jakarta, yang juga asli kelahiran Wonosobo.
Menurut Sukawi, cita-cita Indonesia Emas di tahun 1945 nanti, mensyaratkan pengembangan SDM dan penguasaan ilmu dan tehnologi (IPTEK), pengembangan ekonomi berkelanjutan (MGDs), pemerataan pembangunan dan ketahanan nasional serta tata kelola pemerintahan yang baik.
“Adapun konsep generasi emas dalam Alquran, meliputi ahsani taqwim (manusia yang baik dan sempurna), akhsani kholiqin (generasi yang cerdas), khoiru ummah (manusia pilihan yang terbaik dan benar), khoirul bariyah (manusia yang beriman dan beramal sholeh) serta ulul albab (umat yang selalu mengingat pada Allah SWT),” jelasnya.
Mahasiswa sebagai generasi emas menurut Sukawi, harus energik, semangat, optimis. Punya multi talenta. Aktif, progresif, kreatif dan produktif. Mampu memetakan dan menyelesaikan masalah yang ada dalam dirinya. Smart dan punya sprituality yang tinggi.
Kunci Sukses
Lutfi Hamidi menyebut generasi emas harus bisa menjadi “we are the best”, generasi terbaik di masanya. Setidaknya ada tiga hal yang harus dipegangi untuk mencapai status tersebut. Jika tiga hal tersebut dipegang teguh, tak mustahil keberhasilan akan mudah direngkuh.
“Tiga hal itu, yakni the spirit of equality atau semangat mengejar ilmu, the spirit of competision atau berani berkompetisi dan the spirit of trend setter atau berani memulai sesuatu. Menjadi orang pertama yang menggerakkan perubahan,” cetusnya.
Sementara itu, Tyovan Ari Widagdo lebih banyak bercerita kehidupan masa kecil, remaja hingga mencapai sukses seperti saat ini. Dia mengaku sejak kecil, usia TK, sudah berangan-angan bisa pergi ke Amerika Serikat. Cita-cita itu, ternyata kini terbukti, Tyovan sudah sering ke AS.
“Sejak masih duduk di bangku SMP, saya juga sudah suka dengan dunia tehnologi informasi (IT). Begitu masuk SMA kesukaan akan IT kian menjadi-jadi. Saya sering memanfaatkan komputer dan internet di instansi Pemkab Wonosobo untuk mengasah kemampuan di dunia digital,” akunya.
Selepas SMA, Tyovan sempat mendaftar kuliah di program studi ilmu komputer di UGM Yogyakarta, tapi gagal. Dia tak patah arang dan beralih masuk prodi Tehnik Informatika Bina Nusantara (Binus) University di Jakarta. Kini dia sukses jadi ahli IT di usia yang masih sangat muda.
“Saat awal-awal kuliah di Binus University inilah saya banyak dapat projek IT dari beberapa perusahaan besar dan Kantor Kementerian. Sebelum lulus saya punya keinginan bikin skripsi yang kelak ada manfaatnya. Dari karya skripsi inilah star up platform digital Bahaso, kini jadi industri digital belajar Bahasa Inggris secara online,” kisahnya.
Tyovan membagi tips sukses berkarier di masa depan, yakni pilih passion yang tepat, punya visi jelas, upgrade skill, berani mencoba, kerja keras dan kerja cerdas, mampu memecahkan masalah, serta punya jejaring (networking) yang luas.
Muharno Zarka