JEPARA (SUARABARU.ID) – Untuk mengurangi dan menangani sampah yang setiap hari cenderung bertambah, Pemkab Jepara menggandeng PT Semen Gresik Pabrik Rembang, Jawa Tengah terkait pengelolaan sampah dengan sistem Refuse Derived Fuel (RDF).
RDF merupakan hasil pengolahan sampah yang dikeringkan untuk menurunkan kadar air hingga kurang 25 % dan menaikkan nilai kalornya setelah sebelumnya dicacah dengan ukuran 2-10 cm. Karena itu RDF sering disebut keripik sampah yang memiliki daya energi yang dapat digunakan oleh PT Semen Gresik sebagai alternatif sumber energi yang selama ini dipenuhi dari bahan bakar fosil.
Untuk mewujudkan kerjasama tersebut Pj Bupati Jepara Edy Supriyanta didampingi Sekda Jepara Edy Sujatmiko telah menandatangani Naskah Kesepakatan Bersama dengan PT Semen Gresik Pabrik Rembang yang dilaksanakan di Ruang Command Center, Setda Jepara pada Senin, (11/9/2023).
Edy Supriyanta mengungkapkan data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Jepara. Menurut sumber tersebut, tercatat potensi sampah yang masuk ke TPA Bandengan, Kabupaten Jepara rata-rata 150 ton per hari. “Karena itu pengelolaan sampah terpadu RDF bisa menjadi alternatif mengurangi sampah di Jepara dan menjaga Jepara menjadi kota bersih.
Sementara Direktur Utama PT Semen Gresik Pabrik Rembang, Jawa Tengah Muchamad Supriyadi mengatakan bahwa masalah sampah di perkotaan perlu mendapat perhatian khusus. “Oleh karena itu, kolaborasi antara PT Semen Gresik dengan Pemkab Jepara sangat layak untuk disambut dengan baik,” ujarnya
“Kami merasa senang bisa diundang Pak Bupati untuk bersama-sama siap menjadi off-taker pada project yang luar biasa tentang pengelolaan sampah dengan sistem RDF. Memang bagi perusahaan, khususnya industri semen kebutuhan energi itu utama,” ucap Supriyadi.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Semen Gresik juga turut memaparkan bahwa saat ini, industri-industri, khususnya industri semen sedang memikirlan langkah untuk beralih dari energi berbasis bahan bakar fosil menjadi energi yang lebih ramah lingkungan.
“Biaya kami 45% dari keseluruhan biaya itu energi. 17% itu listrik, sisanya 28% adalah kebutuhan bahan bakar yang saat ini mengandalkan bahan bakar fosil yaitu batu bara. Oleh karena itu memang semua industri sekarang sangat concern terhadap bagaimana mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, kemudian salah satunya bersumber dari pemanfaatan sampah,” jelas Supriyadi.
Hadepe – Kmf