blank
Siswa MTs Khaudlul Ulum Penajung Desa Surotrunan, Kecamatan Alian, berfoto bersama guru pembina dan pengurus PMI Kebumen pada pembukaan sekolah siaga bencana,Selasa 15/10.(Foto:Suarabaru.id/Ist)

KEBUMEN – Tiga sekolah/madrasah yang  lokasinya rawan bencana mengikuti program sekolah siaga bencana (SSB) yang diprakarsai PMI Kabupaten Kebumen.  Ketiga sekolah itu terdiri atas MTs Khaudlul Ulum Penajung , Desa Surotrunan,  Kecamatan Alian, MTs N 4 Rowokele dan SMP PGRI Puring.

Tahap pertama SSB dilaksanakan di MTs Khaudlul Ulum, dilaksanakan selama tiga hari (15-17/10). Pembukaan SSB  pada (15/10) lalu diikuti sebanyak 25 siswa dan didampingi lima guru pembina, dihadiri Kabid Penanggulangan Bencana dan Sukarelawan PMI Kebumen Totok Ari Setyanto.

Menurut  Totok, program SSB tahun ini diawali di MTs Khaudlul Ulum Desa Surotrunan karena lokasi madrasah tersebut berdekatan dengan tanggul Sungai Kedungbener yang  setiap tahun rawan dadal. Bahkan dampak jebolnya  tanggul sungai itu sering menyebabkan banji r ke desa sekitarnya hingga  Pasar Bandungsruni.

“Langkah terbaik yang mesti kita lakukan adalah  membangun sinergitas  dalam menghadapi dan mengelola risiko bencana sebagai bagian dari sistem kehidupan masyarakat serta mengoptimalkan sumber daya pemangku kepentingan penanggulangan  bencana, termasuk sekolah dan masyarakat,”tandas dia.

Totok menjelaskan, tahun ini PMI Kebumen menggandeng tiga sekolah/madrasah dalam program SSB. Selain itu ada tiga desa  memperoleh program kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat atau  Sibat. Meliputi  Desa Peniron Kecamatan Pejagoan, Desa Sugihwaras Kecamatan Adimulyo dan Desa Purwodadi Kecamatan Puring. Pemilihan desa dan sekolah dalam program SSB dan Sibat berdasarkan kerentanan dan ancaman bencana seperti banjir, tanah bergerak,tsunami serta gempa bumi, termasuk riwayat  bencana yang pernah dialami desa tersebut.

Fasilitator kegiatan SSB Dian Ariyanto menambahkan, selama pelatihan SSB dan Sibat akan diberikan materi tentang kepalangmerahan, pertolongan pertama, pengurangan risiko bencana  berbasis remaja, bahaya kerentanan risiko dan kapasitas (BKRK), pemetaan risiko bencana, sistem peringatan dini, rencana aksi komunitas dan protap kesiapsiagaan bencana. Dian berhara para siswa dan guru akan lebih memahami tanda-tanda bencana sehingga dapat bertindak cepat saat terjadi bencana.

Suarabaru.id/Komper Wardopo

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini