BOROBUDUR – Sebanyak 24 pengrajin batik di wilayah Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu (2/10) mempelajari relief Candi Borobudur, untuk dijadikan sebagai motif batik karya mereka.
Kegiatan itu dalam rangka usaha meningkatkan upaya pelestarian warisan budaya baik bendawi dan nonbendawi, Unesco dan mitra-mitranya berusaha untuk menjadikan situs-situs yang ada di Borobudur menjadi inspirasi baik secara artistik, historis maupun praktis, untuk dituangkan dalam ragam kesenian dan produk budaya, salahsatu diantaranya adalah melalui batik.
Mereka adalah perajin batik yang selama ini didampingi Unesco yakni Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Kegiatan ini digelar oleh Balai Konservasi Borobudur (BKB) bersama Unesco (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) Jakarta dan YLKIS (Yayasan Lembaga Kajian Islam dan Sosial) Yogyakarta, dalam rangka peringatan Hari Batik Nasional 2019.
“Melalui kegiatan ini, diharapkan mereka mendapat inspirasi baru tentang tema dan makna motif batik Borobudur,” kata Hairus Salim, Direktur Yayasan YLKIS.
Karena tujuan mereka mempelajari relief untuk meningkatkan teknik, dan memperkuat alur cerita dari desain pola dan simbolisme motif batik Borobudur.
Diharapkan, batik dari Borobudur bisa berkembang makin kaya ragam motifnya dan memberi manfaat para perajin dan rangkaian industrinya, pengecer, desainer, dan siapa saja.
Motif batik dari Borobudur selama ini kalpataru, suluran, pohon bodi, hewan dan pepohonan. Semua motif tersebut berdasar pada pahatan relief di Candi Borobudur.
“Kami dapat pengetahuan baru baru yang nantinya bisa dituangkan dalam motif batik tulis,” kata Siti Rokayah, perajin batik Borobudur.
Suarabaru.id/Tuhu Prihantoro