KUDUS (SUARABARU.ID) – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kudus ingin menanamkan pendidikan karakter dalam pengelolaan sampah sejak usia dini.
Melalui penanaman pendidikan karakter tersebut, diharapkan bisa menjadi solusi dalam hal penanganan sampah yang ada di Kabupaten Kudus.
Penegasan tersebut sebagaimana disampaikan Ketua Komisi C DPRD Kudus Rochim Sutopo menyusul hasil kunjungan kerjanya di Kabupaten Sleman baru-baru ini.
“Dari hasil kunjungan tersebut, kami memperoleh banyak masukan sebagai bahan penyusunan kebijakan nantinya,”kata Rochim, Jumat (16/6).
Rochim menambahkan salah satu solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi persoalan sampah yakni mengatur pengelolaan sampah yaitu dimulai dari pembentukan karakter sumber daya manusia (SDM).
Karakter mengelola sampah dimulai dari manusianya. penjelasan tentang bagaimana memilah sampah dari rumah tangga melalui kesadaran manusianya yang diharapkan memiliki karakteristik pemahaman membuang sampah.
“Pengertiaannya untuk penyadaran karakter manusianya untuk membuang sampah dari rumah. Setelah itu pendidikan karakter ini akan dikembangkan dengan baik dari tingkat RT maupun RW,” tambahnya
Pihaknya menyebut melalui pendidikan karakter, sampah organik dan non organik ini sudah bisa dipilah dari rumah, sehingga penyelesaian terhadap masalah produksi sampah bisa jadi lebih baik.
“Persoalan sampah ini menjadi sangat krusial, karakter SDM dan infrastruktur harus dibangun bersamaan. Ini merupakan tugas dari eksekutif dan legislatif untuk memberikan anggaran pendidikan karakter di sekolah muapun masyarakat,” katanya.
Rochim menjelaskan bahwa pendidikan karakter mengenai pengelolaan sampah nantinya akan diusulkan pada rapat perubahan. Diharapkan, usulan tersebut nanti bisa diterjemahkan dalam program dengan menggandeng dinas terkait yakni Disdikpora.
“Yang jelas, program ini tentunya harus menggandeng dinas terkait dalam hal ini Disdikpora,”paparnya.
Sebagaimana diketahui, persoalan sampah menjadi perhatian khusus yang perlu segera mendapat penanganan. Keberadaan Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Tanjungrejo mulai overload seiring dengan banyaknya produksi sampah.
Oleh karena itu, penanangan sampah harus mulai melibatkan masyarakat terutama melalui program pengelolaan sampah dari hulu. Melalui penanaman karakter pengelolaan sampah di lingkungan pendidikan usia dini ini, diharapkan memunculkan kesadaran kolektif masyarakat dalam mengelola sampah.
Ads-Ali Bustomi