blank
Asisten Presiden Direktur PT Asia Pacific Fibers (APF) Kaliwungu Kendal, Yudha Amdan(baju batik) dan bersama Corporate Social Responsibility (CSR) PT APF Kaliwungu Kendal, Kalae Silwa. Foto: Sapawi

KENDAL (SUARABARU.ID) – Industri pertekstilan di Indonesia saat ini sedang ‘sakit’. Banyak perusahaan yang gulung tikar karena tak mampu menghadapi gempuran barang impor.

“Bahkan tidak hanya sakit saja, tapi sudah banyak yang gulung tikar,” kata Asisten Presiden Direktur PT Asia Pacific Fibers (APF) Kaliwungu Kendal, Yudha Amdan, Sabtu(15/04/2023).

Menurut Yudha Amdan, pasca pandemi Covid-19, industri tekstil kecil yang paling cepat melakukan pemulihan (recovery). “Sampai kuartal tiga tahun 2022, sangat baik pertumbuhannya. Tapi sayangnya di akhir kuartal empat tahun 2022, impor masuk cukup deras,” kata Yudha.

Dikatakan, impor menghajar depan belakang. “Yang saya maksud adalah, pertama, baju bekas. Baju bekas itu jumlahnya luar biasa. Sangat mengganggu, sehingga costumer yang biasa bikin baju, itu sudah tidak beli kain lagi, tapi mereka menjual baju bekas,”ujar Yudha Amdan.

Yang kedua, dari hulunya juga masuk. Yakni impor-impor yang tidak sesuai prosedur, yang semestinya tidak diimpor juga masuk, sehingga juga sangat mengganggu.

Selain itu, impor indikasi curang (dumping). Yakni, mereka masuk terutama dari beberapa negara Asia Timur, seperti China, Vietnam dan sejumlah negara lain, itu diduga melakukan dumping di Indonesia.

“Akibatnya apa, mereka masuk dengan harga dumping yang supermurah, sehingga kita dengan harga wajar, sulit untuk menjual produk, “ucap Yudha Amdan.

Sehingga, lanjut Yudha Amdan, impor-impor tidak sesuai prosedur ini sangat mengganggu  operasional perusahaan yang ada di  Indonesia terutama perusahaan tekstil itu tadi.