blank
Jembatan Kidangan di Kecamatan Jepon yang sempit ini, baru akan dikerjakan pelebarannya tahun anggaran (TA) 2020. (Foto: SB/Wahono)

BLORA –  Pekerjaan peningkatan  (pelebaran) jalan nasional Blora-Cepu sudah mencapai sekitar 68 persen. Bahkan, proyek yang dimulai dari ujung timur (Cabak), kini sudah menyentuh ujung barat (masuk) Kota Blora.

Hanya saja, proyek nasional berbiaya Rp 83,790 miliar tersebut bakal menyisakan pekerjaan rumah (PR), berupa tiga jembatan sempit yang belum bisa dilaksanakan tahun ini (TA) 2019.

Tiga jembatan tersebut, berdasarkan pantauan di lokasi proyek, Minggu (18/8/2019), masing-masing jembatan Kidangan di Kecamatan Jepon, dan dua jembatan di wilayah Kecamata Jiken.

Ketiga jembatan kecil (pendek) itu dibangun menyesuaikan kelas jalan lama dengan lebar sekitar enam meter, sehingga saat ini tampak menjorok di badan jalan, dan menggangu ruas jalan baru (jalan nasional).

Selain jembatan, terdapat satu halaman rumah berikut pagar, dan bangunan pos kamling yang menjorok ke jalan nasional tersebut, dengan posisi drainase seolah berada di halaman rumah warga.

Pimbagpro atau Pejabat Pembuat Komitmen (PPKom) Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Jateng PPK Rembang-Blora-Cepu, Ardita, menjelaskan pekerjaan berjalan lancar.

blank
Drainase dan sebagian badan (tanah) jalan nasional Blora-Cepu masuk ke dalam halaman rumah warga Jepon. (Foto: Wahono)

Tahun Depan

Ardita optimistis proyek jalan nasional yang kini sudah mencapai sekitar  68 persen, bakal rampung sesuai kontrak kerja. Terkait tiga jembatan lama, diakuinya tidak masuk dalam anggaran tahun ini.

“Untuk tiga jembatan lama, direncanakan masuk dalam anggaran proyek pelabaran tahun depan,” katanya.

Ditambahkan, satu rumah di Jepon sebagian halaman, pagar dan pathok seolah berada di tanah negara, menurut Ardita, karena dalam pelaksanaan proyek harus berpegang pada ruang milik jalan (Rumija).

Diberitakan sebelumnya, proyek jalan dikerjakan kontraktor PT Bangun Makmur Utama (PT BMU) sepanjang 11,20 kilometer, saat ini konsentrasi menggarap fisik drainase dan pelebarannya badan jalan dengan aspal hotmix.

Sebelumnya, pihak PT BMU sempat mengalami kendala pipa sistem pengelolaan air minum (SPAM) jaringan distribusi utama (JDU) dari DAS Bengawan Solo di Cepu ke menara air di Kota Blora.

Namun sepertinya kendala itu tertarasi, karena sejumlah alat berat kini tampak terus menggalr aspal hotmix, menggali, dan menutup lubang pelebaran fisik tiga meter (1,5 meter x 2) kanan-kiri jalan lama.

Pelaksanaan  proyek jalan Blora-Cepu digarap dari timur Desa Cabak, Kecamatan Jiken, baru ke barat Kelurahan Bangkle, masuk Kecamatan Kota Blora.

Proyek itu harus mengorbankan ratusan tegakan pohon turus jalan, sebagian besar sudah usia puluhan tahun, dipotong habis untuk keperluan proyek  jalan nasional Blora-Cepu.

Pelebaran jalan nasional Blora-Cepu berbiayai Rp 83,790 miliar lebih, sempat tertunda akibat prosedur lelang yang salah, dan harus dilakukan lelang ulang dengan masa kontrak kerja sampai 31 Desember 2019 (multiyears).

Pelabaran badan jalan dari enam meter menjadi sembilan meter. Penanggungjawab proyek oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Jateng PPK Rembang-Blora-Cepu.

Sebelumnya (2017), Kementerian PUPR mengalokasikan anggaran Rp 31,9 miliar untuk proyek preservasi (hotmix), dan pelebaran jalan Blora-Cepu dari buk brosot hingga perempatan Puskesmas Sambong.

Suarabaru.id/Wahono

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini