blank
Forum diskusi yang digelar BRIN, kemarin. Foto: eko

KOTA MUNGKID(SUARABARU.ID) –Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar Forum Diskusi dan Monev Program Inovasi Berbasis Desa Gapoktan Ngudi Makmur, di Balaidesa Butuh, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, (Kamis 13 Oktober 2022) sore.

Gapoktan Ngudi Makmur, Desa Wates, Kecamatan Dukun, memiliki komoditas beras organik berkat sinergi konsep ABCG (Akademisi – Business – Community- Government).

Petugas Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Negeri Semarang (Unnes), Dr Eka Yuli Astuti, mengatakan, berkat terciptanya ekosistem ABCG (Akademisi – Business – Community- Government) dan penggunaan teknologi pengolahan padi organik, serta pembuatan pupuk organik, Ngudi Makmur terpilih sebagai pelaksana program inovasi berbasis desa terbaik pertama se-Indonesia. Menyisihkan ratusan pelaksana program lainnya.

Maka, dimotori oleh BRIN, bertempat di rumah kemas beras organik “Sri Hartati”, Desa Butuh, Sawangan, Magelang, digelar forum diskusi dan monev program inovasi berbasis desa di Gapoktan Ngudi Makmur itu.

Koordinator Pelaksana Fungsi Pemanfaatan Riset dan Inovasi pada Masyarakat, Eka Gandara, memimpin FGD yang dihadiri oleh petugas dari delapan kementerian itu.

Dalam diskusi tersebut, Kepala Pusat Riset Teknologi Pangan, Satrio Krido Wahono PhD, menyatakan, salah satu nilai lebih program yang dilaksanakan di Gapoktan Ngudi Makmur adalah implementasi pemberdayaan masyarakat dan memberikan dampak yang seluas-luasnya pada peningkatan kesejahteraan masyarakat petani.

Sementara Dani, yang merupakan perwakilan dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah menyatakan bahwa untuk meningkatkan produktivitas pertanian bukan hal mudah. Karena tantangannya adalah 74,6% petani berusia di atas 50 tahun, sehingga program desa berinovasi itu sangat efektif untuk menarik minat petani milenial dan zilenial.

Menindaklanjuti keberhasilan Gapoktan Ngudi Makmur, Wates, Dukun, Magelang, dengan komoditas unggulan beras organik pada Program Desa Berinovasi yang diselenggarakan oleh BRIN pada tahun 2021. Bersamaan dengan dilaksanakannya rapat koordinasi pembudayaan literasi, inovasi, dan kreativitas berbasis desa yang diselenggarakan oleh Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Kemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Serta sebagai upaya untuk mengidentifikasi potensi kolaborasi dan dukungan K/L bagi pengembangan kegiatan dari Gapoktan Ngudi Makmur ke depannya dalam bentuk kegiatan forum diskusi dan monev program inovasi berbasis desa di Gapoktan Ngudi Makmur.

Ditambahkan, pengembangan inovasi berbasis desa yang digagas oleh BRIN, bertujuan untuk memberikan stimulan kepada masyarakat di desa dalam pengembangan produk unggulan dengan berbasis riset, inovasi, dan teknologi. Kegiatan itu diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk maupun jasa unggulan masyarakat dan pelaku Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di desa, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian masyarakat desa.

Dalam diskusi itu dipaparkan, Gapoktan Ngudi Makmur dengan luas lahan organik mencapai 107,05 hektare dan jumlah petani 363 orang yang didampingi oleh BRIN, Universitas Negeri Semarang, PT Nestra Kottama Indonesia,
Innobitz Foundation, dan Dinas Pertanian, telah berhasil membangun ekosistem inovasi melalui sinergi berbagai pihak. Baik pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat. Diharapkan budaya iptek dan inovasi akan tumbuh, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai tambah produk unggulan desa, sehingga dapat memulihkan perekonomian nasional, khususnya masyarakat desa.

Sigit Ismaryanto, Dewan Pembina Gapoktan Ngudi Makmur berharap dengan adanya kegiatan itu akan membantu mewujudkkan impian kelompoknya untuk mewujudkan pembangunan rumah pengolah beras organik integrated rice milling plant yang menerapkan teknologi paska panen padi terkini. Keberhasilan Gapoktan Ngudi Makmur diharapkan dapat menginspirasi desa-desa lain untuk mengembangkan potensi desanya berbasis potensi lokal.

Hadir dalam diskusi itu petugas Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Badan POM, Perpusatakaan Nasional , Dinas Pertanian Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Kabupaten, Universitas Negeri Semarang dan Universitas Tidar Magelang. Juga dari BNI Magelang, Yayasan Innobitz, Yayasan Agro Techno Preneur Indonesia dan Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman.

Eko Priyono