blank
Bupati Kebumen Arif Sugiyanto didampingi Kepala Pelaksana BPBD Haryono Wahyudi meninjau rumah yang retak di Dukuh Ramabayem Desa Plumbon Kecamatan Karangsambung, Senin 10/10.(Foto:SB/Dinas Kominfo)

KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Bupati Kebumen Arif Sugiyanto meninjau lokasi tanah bergerak dan longsor yang menyebabkan 31 rumah di Dukuh Rawabayem, Desa Plumbon, Kecamatan Karangsambung retak-retak dan terancam ambruk.

Pasalnya rumah warga tersebut berada di tebing dan berundak-undak. Bupati yang didampingi Kepala Pelaksana BPBD Kebumen Haryono Wahyudi berencana segera merelokasi sejumlah rumah yang retak-retak itu ke lokasi yang lebh aman.

Bupati meninjau lokasi setelah ada laporan warga, rumah-rumah di sana mengalami keretakan yang cukup parah, setelah diguyur hujan lebat pada Sabtu dan Minggu 8-9/10,. Hujan lebat semalam itu menyebabkan tanah bergeser dengan lebar 10 cm- 1 meter dan ada sedikit longsor, serta pohon tumbang.

“Kami terus mengidentifikasi terhadap kebencanaan yang ada di Kebumen. Kali ini saya ada di Dukuh Rawabayem, Desa Plumbon yang kemarin malam ada laporan warga bahwa rumah mereka retak-retak karena ada pergeseran tanah, setelah kita identifikasi jumlahnya ada 31 rumah yang mengalami retak-retak cukup parah,”ujar Arif Sugiyanto di lokasi, Senin (10/10).

Menurut Bupati, kondisi beberapa memang cukup membahayakan jika tidak segera ditangani karena berpotensi longsor. Sementara rumah warga berundak-undak sehingga rumah yang berada di atas bisa menimpa rumah di bawahnya. Pihaknya pun merencanakan untuk segera direlokasi.

Dia menyatakan, perlu segera merelokasi ke tempat yang lebih aman. Perlu kerja sama dan koordinasi dengan Pemerintah Desa.

Pihaknya juga mengimbau warga untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman. Bisa di tempat saudara atau di tempat pengungsian yang akan disediakan pemerintah. Sementara baru ada tiga KK yang sudah mengungsi karena rumahnya retak cukup parah.

Buoati juga memerintahkan wilayah pemukiman rawan longsor itu akan ditanami pohon keras seperti pohon Saman, Beringin, Trembesi. Tujuannya agar tanaman itu bisa mencegah longsor dengan akarnya yang kuat dan menyerap lebih banyak air, sehingga bisa menahan pergeseran tanah.

Kirim Pohon Keras untuk Cegah Longsor

“Secepatnyai akan kita kirim pohon keras untuk ditanam di sini, untuk mencegah terjadinya longsor di kemudian hari. Warga bisa menanam pohon yang berbuah di tempat lain, di kebun atau di pekarangan, tadi saya liat di sekitar rumah justru banyak ditanami pohon pisang, yang kurang kuat untuk menahan tanah,”papar Arif Sugiyanto..

Bencana longsor dan tanah bergerak juga terjadi di desa lain, seperti di Desa Karangsambung, Desa Totogan, Desa Langse, Desa Pujotirto dan beberapa desa di kecamatan lain. Bupati memastikan, masih terus melakukan penanganan oleh Pemerintah bersama relawan. Termasuk penanganan bencana banjir.

“Wilayah bencana saat ini yang paling parah ada di Kecamatan Karangsambung, di sini ada longsor, tanah bergerak serta banjir juga ada. Wilayah lain juga ada banjir dan longsor, dan semua masih terus dilakukan penanganan oleh BPBD, Basarnas, serta para relawan,”terang Bupati.

Sementara itu, Sumi Purwanti (45) salah seorang warga di Dukuh Rawabayem, Desa Plumbon mengatakan kejadian tanah bergerak ini baru kali ini terjadi. Tiga hari pasca diguyur hujan deras kemarin tanah di wilayah permukimannya tiba-tiba bergerak dan ambles.

Sumi mengaku sejak dirinya lahir dan tinggal disini baru kali ini terjadi tanah bergerak. Rumahnya mengalami retak pada dinding bagian depan, kamar tidur, dan dapur.

“Tiga hari ini mas, setelah hujan kemarin tanah disini tiba-tiba bergerak, dibagian sebelah sana ambles. Akibatnya rumah saya pada retak-retak,” jelas Sumi.

Sumi dan warga lainnya terpaksa memilih bertahan dirumah mereka karena tak ada lagi tempat tinggal lain yang bisa ia tempati bersama keluarganya. Kini dirinya hanya bisa berharap adanya bantuan dari pemerintah daerah, khawatir tanah bergerak sewaktu-waktu akan terjadi lagi dan membahayakan bagi warga desa.

“Mau pindah kemana mas, adanya tinggal di sini, gak ada pilihan lain. Jadi ya terpaksa bertahan meski rumah sudah rusak. Semoga pemerintan bisa membantu agar kami bisa tinggal dengan tenang di sini,”ucap Sumi berharap.

Komper Wardopo