TEGAL (SUARABARU.ID) – Dampak kenaikan harga BBM, nelayan Kota Tegal, Jawa Tengah sangat terpukul. Sebab dengan naiknya harga BBM biaya operasional otomatis naik semua.
“Biaya operasional yang dikeluarkan oleh nelayan tidak sebanding dengan hasil tangkapan ikan. Sehingga mereka banyak yang tidak bisa berangkat karena biayanya tidak bisa menutup,” kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal Eko Susanto saat ditemui di kantornya, Sabtu (17/09/2022).
Eko Susanto mengatakan, 90 persen lebih para pemilik kapal di Kota Tegal tergantung dengan perbankan. “Mereka mengambil kredit untuk menjalankan kapalnya. Mereka juga saat ini sedang resah karena dimungkinkan mereka tidak mampu membayar setoran ke bank yang setiap bulannya, hasil tidak hasil pemilik kapal harus menyetor,” ungkap Eko.
Eko menyebutkan, pinjaman para pemilik kapal relatif dari yang terkecil Rp 5 juta itu untuk kapal kecil, nelayan harian. Dan Rp 500 juta – Rp 1 Miliar ukuran kapal besar untuk sekali pemberangkatan. Biaya tersebut untuk perbekalan selama beberapa bulan melaut.
Kapal-kapal yang sudah mendarat di dermaga saat ini sudah tidak mampu berangkat kembali karena ikatan dengan kenaikan harga BBM. Biaya operasional yang dikeluarkan oleh pemilik kapal dengan hasil tangkapan tidak sebanding.
HNSI berharap pemerintah memberikan harga bersubsidi kepada nelayan agara bisa berangkat melaut. “Artinya diakui atau tidak nelayan itu menyumbang gizi Indonesia dan menekan angka stunting dari hasil produk nelayan. Kalau ini dibiarkan berlarut-larut saya yakin gizi dan stunting akan drop karena hasil tangkapan ikan akan berkurang,” ujar Eko yang juga anggota DPRD Kota Tegal.
Menurut catatan HNSI Kota Tegal, sekira ada 1.300 nelayan lebih. Kalau rata-rata per kapal 20 ABK, maka sangat banyak yang terdampak perekonomian dengan berhentinya kapal tidak melaut.
Sutrisno