(SUARABARU.ID) – Sorotan negatif sudah tertuju pada tim Repsol Honda sejak MotoGP 2019.
Honda dianggap terlalu Marc Marquez-sentris dengan hanya pembalap asal Spanyol itu yang tampil kompetitif.
Pengaruh Marquez yang kelewat besar semakin kentara ketika juara dunia delapan kali ini absen panjang karena cedera parah pada musim 2020.
Dalam tiga musim terakhir, ketergantungan terhadap Marc masih terlihat.
Meski cedera, Si Semut dari Cervera itu tetap menjadi satu-satunya pembalap Honda yang bisa menang.
Langkah Honda mengizinkan The Baby Alien kembali ke lintasan beberapa hari setelah operasi lengan kanan pada 2020 dinilai sebagai penyebab musibah panjang sang pembalap.
Alberto Puig, manajer tim Repsol Honda, dianggap sebagai biang keroknya.
Manolo Burillo, mantan manajer Sito Pons yang menjuarai kelas 250cc pada tahun 1980an, menyatakan sikap Puig yang terlalu ambisius menjadi masalah utamanya.
Burillo mengisahkan bagaimana Puig pernah memaksa Dani Pedrosa tampil ketika sang pembalap cedera.
Alberto juga tak berusaha mempertahankan Pedrosa saat didekati KTM untuk peran pembalap penguji dianggap sebagai salah satu kesalahan Honda pada era Puig.
Langkah Honda dan Puig dalam merekrut pembalap juga belum membuahkan hasil bagus sejauh ini.
Dalam hal membangun relasi dengan pembalap, cara keras Alberto disebut Burillo tidak begitu berhasil, termasuk dengan Marquez.
‘’Alberto memberi tekanan kepada pembalap dengan meneriaki mereka. Mungkin jatuhnya Marquez di Jerez juga karena kegilaan dia,’’ ungkap Manolo seperti dilansir dari Motosan.
Tanpa kehadiran Marquez di trek, skuad arahan Puig gagal total.
Pol Espargaro tak berdaya, sedangkan pembalap pengganti Stefan Bradl ikut-ikutan flop.
mm