JEPARA (SUARABARU.ID) – Jepara, dikenal sebagai daerah penghasil kerajinan ukiran kayu yang terkenal hingga manca negara.
Jika kita menelusuri di sepanjang Kabupaten ini, kita akan banyak menemui tempat-tempat sentra seni ukir yang beragam motif dan bentuknya.
Mulai dari hiasan rumah, meja, kursi, lemari, kaligrafi dan masih banyak lagi, semua ditawarkan di sentra-sentra sepanjang Kabupaten Jepara dengan harga yang bervariasi.
Namun jangan salah ya … di Jepara ada sentra seni ukir sebagai UMKM, dimana sentra-sentra lain justru banyak yang berguru di tempat ini.
Sentra seni ukir relief di Desa Senenan merupakan UMKM pusat kerajinan ukir yang sebagian produknya ditujukan untuk pangsa pasar ekspor.
Hingga pemasangan PLTS atap di sentra UMKM ukir ini dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jateng pada tahun 2021 dengan total kapasitas kurang lebih 20 kWp untuk 8 UMKM, sebagai bentuk bantuan sosial pemulihan ekonomi hijau (green economic revovery) pasca Covid-19.
Model pemulihan ekonomi berbasis energi terbarukan ini diinisiasi oleh Provinsi Jateng dan belum pernah diterapkan di lokasi lain di Indonesia.
Adanya contoh ini diharapkan bantuan sosial atau dukungan lain yang diberikan pada kelompok usaha produktif juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan energi terbarukan.
Dengan bantuan sosial UMKM juga dapat melihat dan merasakan manfaat PLTS atap, sehingga bisa membangun instalasi lainnya untuk mendukung proses produksi.
Kepala Desa Senenan Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, sekaligus pemilik sentra, Mulyono mengaku mendapatkan bantuan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap dari Provinsi Jawa Tengah di era pandemi Covid-19 kemarin.
“Saat itu ada penurunan drastis hingga 70 persen. Namun setelah menggunakan PLTS kami sangat terbantu, yang biasanya perbulan harus bayar Rp 800 ribu, setelah memakai PLTS ini hanya Rp. 400 ribu saja untuk satu sentra,” kata Mulyono kepada awak media Jelajah Energi Jateng pada Jumat (1/7/2022).
“Ada penghematan hingga 50 persen setiap bulannya. Ini sangat bermanfaat, mudah-mudahan kami bisa terus merawatnya,” tambah dia.
“Dengan penghematan 50 persen ini bisa kami gunakan untuk keperluan lain, seperti untuk menggaji karyawan. Jadi selama 6 bulan pemakaian PLTS ini kami sudah merasakan manfaatnya,” ucap Mulyono.
Dikatakan, dengan daya 220 yang dipakai menurutnya sudah bisa mencukupi kebutuhan usahanya, karena untuk membuat kerajinan ukir ini lebih banyak dengan cara manual. Penggunaan listrik dipakai hanya untuk hal-hal tertentu, seperti untuk menyambung, merakit yang harus menggunakan mesin.
Mulyono tertarik memakai PLTS atap ini karena ramah lingkungan yang bersumber dari alam, jadi sangat menjanjikan. “PLTS ini murni bantuan dari Provinsi, baik instalasi ataupun pemasangan semuanya gratis,” ujarnya.
Menurutnya, ia menggunakan PLTS ini baru jalan 6 bulan, yang pemakainnya mulai pagi hingga sore hari.
Dengan adanya kunjungan Jelajah Energi Jawa Tengah ini, Mulyono mengaku lebih termotivasi.
Partono (52) salah satu karyawan pengrajin ukiran mengaku sudah menekuni pekerjaan ini selama 30 tahun.
“Saya sudah 30 tahun menekuni pekerjaan ini. Motif terlaris adalah Ramayana. Untuk harga ya tergantung ukurannya, yang kecil Rp 1 juta, ada juga yang harganya hingga Rp 30 juta, tergantung ukuran dan motifnya,” ungkap Partono warga Kecamatan Tahunan ini.
Menurut Partono, ada berbagai motif yang ditawarkan, seperti motif flora dan fauna, ramayana, kaligrafi dan lainnya. Untuk ukiran yang berukuran besar bisa selesai pengerjaannya hingga sebulan lebih.
Ning Suparningsih