KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Dakwah IAINU Kebumen selama dua hari (25-26/6) menggelar pelatihan manajemen dakwah tentang kepemimpinan dan jurnalistik.
Ketua Panitia Pelatihan Manajemen Dakwah Kuni Barorotul Lovenida didampingi Akhmad Kukuh Widadi menerangkan, pelatihan bertempat di Kampus IAINU Kebumen, Jalan Tentara Pelajar. Peserta para mahasiswa dari Fakultas Tarbiyah, Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Syariah serta Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI) semester IV dan VI.
Materi pertama tentang Ahlussunnah wal jamaah disampaikan oleh aktivis PCNU yang juga dosen IAINU Kebumen Kiai Agus Nur Sholeh MPd. Dalam paparannya Agus Nur Sholeh menerangkan dakwah para ulama NU dengan bekal paham Ahlussunnah wal jamaha (Aswaja) sejak Wali Songo hingga kini.
Kiai Agus Nur Sholeh mengajak para aktivis dakwah untuk meneladani dakwah syiar Islam yang dilakukan para ulama NU. Yang mendasar dan sangat relevan yakni amaliyah Nahdlatul Ulama dengan terus melestarikan tradisi yang ada di daerah masing-masing.
Sedangkan jurnalis suarabaru.id yang juga dosen Fakultas Tarbiyah IAINU Kebumen Komper Wardopo mendorong para aktivis mahasiswa terus menggiatkan budaya menulis dan literasi dengan menerapkan prinsip jurnalistik.
Fungsi Hakiki Media Tak Tergantikan
Menurut Wardopo, jurnaisme bisa saja berubah format sesuai perkembangan teknologi. Namun fungsi hakiki media yakni memberi informasi bermanfaat, mengedukasi atau syiar, melakukan kontrol sosial dan sebagai pilar demokrasi tidak akan tergantikan sampai kapan pun.
Wardopo mengajak kaum muda selalu menegakkan sikap kritis sebagai agen perubahan. Sikap kritis dengan semangat jurnalistik itu bisa dimulai dari lingkup desa, di Banom NU seperti IPNU IPPNU, Ansor, Fatayat dan seterusnya agar tetap peduli pada demokrasi serta menyuarakan ketidakadilan.
Ketua PMII Kebumen yang juga alumni IAINU Imam Nur Hidayat MPd menjelaskan pengertian kepemimpinan sebagai seni. Banyak cara melihat seorang pemimpin, sebagai pemimpin kolektif dan proporsional berdasarkan bagaimana kita melihat dia sebaga seorang pemimpin.
Imam juga menjelaskan tipe kepemimpinan kontemporer yaitu kharismatik, transformasional dan transaksional. Adapun komponen menjadi seorang pemimpin bisa dimulai dari penguatan idealisme melihat sesuatu dari sisi idealnya.
Selanjutnya motivasi interpersonal, memberikana motivasi kepada anggotanya. Berikutnya perlu stimulus intelektual, yakni memberikan semangat pengetahuan kepada anggotanya.”Pemimpin juga harus mengenali posisinya di dalam organisasi, namun juga menyatu dan membumi dengan yang ia pimpin,”tandas Imam.
Komper Wardopo