PACITAN (SUARABARU.ID) – Kapal lintas benua Arka Kinari singgah di Teluk Pacitan, Jatim. Pemilik dan para awak kapal, semalam, diundang mampir ke Rumah Dinas Bupati Pacitan, untuk berdialog dengan berbagai komunitas masyarakat di Pacitan.
Prokopim Pemkab Pacitan, mengabarkan, rombongan Kapal Arka Kinari, diterima langsung Bupati Pacitan Indrata Nur Bayu Aji di Halking (Halaman Wingking) atau halaman belakang Pendapa Kabupaten Pacitan. Dalam kesempatan tersebut, rombongan yang getol mengampanyekan krisis iklim dan kelestarian laut itu, melakukan dialog dengan para seniman, budayawan, pemuda serta para pegiat lingkungan Pacitan.
Mereka disuguhi kesenian tradisional Tari Kebo Lorodan. Yakni seni tari yang dicipta dan dimainkan oleh para seniman Pacitan. ”Terima kasih telah menyambut kami. Kami sangat senang sekali,” kata Titi Permata selaku Project Manager Arka Kinari.
Pelayaran Kapal Arka Kinari, membawa misi kampanye krisis lingkungan, juga sebagai projek transaksi lintas budaya. Dimana tim kapal akan rutin melakukan pertunjukan seni dan berkolaborasi dengan penduduk, di lokasi yang disinggahinya. Kabupaten Pacitan menjadi persinggahan, karena memang masuk rute perjalanan yang direncanakan.
”Mudah-mudahan setelah singgahnya Arka Kinari, semangat menjaga lingkungan akan tumbuh di Pacitan,” ujar Nova Ruth sebagai pemilik kapal.
Kelestarian Lingkungan
Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, memberikan dukungan terhadap upaya betapa pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, utamanya yang terkait dengan perubahan iklim. Perubahan tersebut terus dan akan terjadi, serta menjadi tangungjawab bersama untuk mencegah serta mengurangi resikonya.
Kata Bupati, yang penting kita bangun adalah proses kesadaran menuju ke arah sana. ”Kita melihat sesuatu harus seimbang, sehingga tidak saling menyalahkan,” tandas Bupati.
Arka Kinari adalah kapal klasik berukuran panjang 18 Meter (M) dengan dua layar, yang dilengkapi dengan panel surya. Hal ini yang membuat Arka Kinari menjadi kapal ramah lingkungan, karena menggunakan tenaga angin dan bebas karbon.
Kapal tersebut milik dua musisi lintas benua, yakni Grey Filastine (Amerika Serikat-Spanyol) dan Nova Ruth (Indonesia).
Pada mulanya, kapal ini adalah sebuah kapal bernama Neptune I yang diluncurkan pada 1947 di Rostock, Jerman, dua tahun setelah perang dunia dua berakhir. Kapal ini, selanjutnya berganti nama menjadi Mariosa dan difungsikan sebagai penangkap ikan, di mana badan kapal ini didesain khusus untuk bisa mencapai kemiringan yang cukup untuk mengambil jaring ikan lebih mudah.
Dua Bahasa
Barulah di pelabuhan Rotterdam, salah satu pelabuhan terpenting di benua Eropa, Mariarosa kemudian berganti menjadi Arka Kinari. Nama ini, diambil dari dua bahasa, yaitu Arka (Latin) yang berarti menahan atau memertahankan, dan Kinari (Sansekerta) yang berarti musisi penjaga kehidupan.
Pelayaran kapal ini merupakan kampanye krisis iklim dan kelestarian laut, juga sebagai proyek transaksi lintas budaya yang rutin melakukan pertunjukan seni berkolaborasi dengan penduduk sekitar tempat yang disinggahinya.
Perjalanan panjang dilakukan Arka Kinari dari Samudra Pasifik menuju Indonesia, untuk menyambangi beberapa titik jalur rempah Nusantara. Mulai dari Sorong, Banda Naira, Selayar, Makassar, Benoa-Bali, hingga Surabaya.
Menyambangi peninggalan-peninggalan masa jaya jalur rempah dari mulai cagar budaya, hingga menampilkan warisan budaya tak benda, berkolaborasi dalam sebuah pertunjukan hasil lintas budaya, serta melakukan edukasi ke generasi muda.
Pelayaran menuju kepulauan Jalur Rempah Nusantara, dimulai dari Tahun 2019. Arka Kinari berlayar dari Belanda, Portugal, Maroko, Pulau Canary, Tanjung Verde, Trinidad. Menyusuri laut Karibia di Venezuela, Laut Pasifik Amerika dan Meksiko, Hawai, hingga tiba di Indonesia pada September 2020.
Bambang Pur