JEPARA (SUARABARU.ID) – Cerita Palguno – Palgunadi yang dibawakan oleh Ki Dalang Hendro Suryo Kartiko menurut Sekda Jepara Edi Sujatmiko, S.Sos, MM,MH sarat dengan niai-nilai keteladan yang masih relevan hingga saat ini. Juga cerita wayang yang lain banyak nilai-nilai keteladan yang dapat dipetik
Hal tersebut disampaikan Edy Sujatmiko saat mewakili Penjabat Bupati Jepara membuka pentas wayang Sosialisasi dan Dialog Interktif Cukai Rokok yang digelar di Desa Troso, Pecangaan, Selasa (14/6-2022) malam.
Turut hadir Kajari Jepara Ayu Agung SH,S.Sos, MH, M.Si (Han), Biro Infraatruktur dan Sumber Daya Lam Jawa Tengah, Een Erliana, perwakilan Kantor Bea Cukai Kudus Sidiq Gandi Baskoro, Kadis Kominfo Arif Darmawan dan Camat Pecangaan Sapto Agus, Forkopimcam, serta Petinggi Troso. Pentas wayang ditandai dengan penyerahan wayang Arjuna oleh Edy Sujatmiko kepada Ki Dalang Hendro Suryo Kartiko.
Menurut Edy Sujatmiko, dari cerita ini kita bisa belajar semangat, kesungguhan, ketaatan, dan kejujuran dari Bambang Ekalaya atau yang dikenal sebagai Palgunadi, seorang putra raja sebuah kerajaan kecil.
“Ia tidak menyurutkan semangatnya untuk belajar memanah walapun Begawan Durna menolaknya sebagai murid. Ia belajar sendiri dan bahkan mampu mengalahkan Arjuna, murid Begawan Durna,” ujar Edy.
Sementara itu terkait dengan sosialisasi cukai rokok Edy Sujatmiko mengajak warga yang merokok untuk hanya mengkonsumsi rokok-rokok yang memiliki cukai. Sedangkan bagi warga yang masih memproduksi rokok ilegal untuk segera melengkapi perijinannya. “Jangan sampai kemudian melanggar hukum,” tegasnya
“Ini sebagai bentuk ketaatan kita sebagai warga Negara. Cukai rokok adalah salah satu sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pembangunan,” ungkapnya. Karena itu pemerintah dan Bea Cukai terus untuk menertibkan cukai rokok,” ungkapnya.
Sinopsis
Kisah Palguno – Palgunadi yang dimainkan oeh Ki Dalang Hendro Suryo Kartiko ini menceriterakan perjuangan , Bambang Ekalaya nama lain Palgunadi putra raja Paranggelung , sebuah kerajaan kecil yang ingin berguru kepada begawan Durna. Tetapi ia tidak diterima oleh begawan Durna karena ia telah memiliki murid Arjuna, seorang satria dari Pendowo.
Namun ia tidak putus asa. Dengan semangatnya yang kuat, ia belajar memanah sendiri dengan cara membuat patung Begawan Durna yang dianggapnya sebagai guru. Karena kesungguhannya, kesaktiannya melebihi Arjuna, bahkan mampu mengalahkan Arjuna.
Namun Bagawan Durna menuduh Palgunadi telah curang caranya berguru. Akhirnya untuk menebus dosa kecurangannya, ia rela untuk di putus jari jempolnya. Begawan Durna melakukan itu agar Palgunadi tidak dapat menandingi Arjuna. Lalu Palgunadi mati saat perang tanding dengan Arjuna. Sebab dijari yang dipotong melingkar pusaka yang juga menjadi kekuatannya.
Dari cerita ini kita bisa belajar semangat, kesungguhan, ketaatan, kejujuran dari Palgunadi, Kita juga bisa belajar dari sikap Begawan Durna yang tidak adil, pilih kasih. Juga belajar dari kekurangan sikap serorang satria bernama Arjuna yang dalam sanggit cerita lain ingin merebut satu-satunya istri Palgunadi yang sangat setia yang bernama Dewi Anggraeni. Namun Arjuna tidak berhasil karena kesetiaan Dewi Anggraeni.
Hadepe