guru besar
Prof Dr Muji Setiyo MT saat memaparkan orasi ilmiahnya yang berjudul berjudul “ Peluang dan Tantangan Implementasi Bahan Bakar Alternatif Untuk Sektor Transportasi di Indonesia,” pada sidang senat terbuka Unimma . Foto: Yon

MAGELANG, (SUARABARU.ID)- Universitas Muhammadiyah Magelang (Unimma) menambah satu lagi satu orang  guru besar, yakni Prof Dr Muji Setiyo MT.

Pengukuhan guru besar tersebut dilaksanakan pada sidang senat terbuka Unimma di Auditorium Kampus I Universitas Muhammadiyah Magelang, Sabtu (29/1/2022).

“Dengan pengukuhan Muji Setiyo sebagai guru besar di Fakultas Teknik Unimma tersebut, kini universitas yang berada di bawah naungan Yayasan Muhammadiyah tersebut telah memiliki tiga orang guru besar,” kata Rektor Unimma Dr Lilik Andriyani SE MSi kepada wartawan.

Lilik mengatakan, Muji Setiyo juga tercatat sebagai guru besar termuda di Unimma, karena di usianya yang baru mencapai 38 tahun sudah berhasil meraih gelar professor di  masa 11 tahun pengabdiannya di Unimma.

Sebelumnya, pada tahun 2017 lalu, Prof Dr Muhammad Japar MSi Kons dikukuhkan menjadi guru besar pertama di universitas tersebut. Kemudian, pada  31 Agustus 2020 lalu, Prof Dr Purwati MS Kons, dikukuhkan menjadi  guru besar dalam bidang Pendidikan Anak Usia Dini.

Ia berharap, dengan capaiannya di usianya yang masih muda dan berhasil meraih gelar professor tersebut, bisa menjadi motivasi tersendiri bagi seluruh  dosen-dosen lainnya di Unimma untuk bisa mengikuti jejaknya.

“Semoga penambahan guru besar di Unimma, bisa memotivasi bagi akademisi lainnya  untuk bisa mengikuti jejak dari Prof Muji Setiyo menjadi guru besar,” katanya.

Orasi Ilmiah

Sementara itu, pada orasi ilmiahnya yang berjudul “ Peluang dan Tantangan Implementasi Bahan Bakar Alternatif  Untuk Sektor Transportasi di Indonesia,”  Muji mengatakan, permintaan konversi dari bensin ke gas LPG untuk transportasi umum mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Karena, pasokan bahan bakar minyak pasokannya tidak pasti dan  harga minyak yang tinggi yang diakibatkan adanya embargo minyak oleh Pemerintah Saudi Arabia pada tahun 1973 silam.

“Pada tahun 1983, jumlah kendaraan yang menggunakan LPG di Amerika Serikat mencapai sekitar 250.000 unit dan meningkat  hampir mencapai 4 juta unit selama dekade berikutnya,” katanya.

Ia menambahkan, di tahun 2020 lalu, jumlah kendaraan yang telah berpindah mengunakan bahan bakar gas tersebut  telah mencapai lebih dari 27 juta unit. Sedangkan, di Indonesia, hingga tahun 2014 silam, jumlah kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas diperkirakan masih di bawah 6000 unit.

Menurutnya, penggunaan energi listrik untuk menggantikan bahan bahan gas dan bahan bakar minyak, sejauh ini sudah digunakan, meskipun dalam skala terbatas.

Selain itu, sebagian produsen otomotif telah menargetkan untuk penjualan komersial.

“Produsen  kendaraan tenaga listrik berkonsentrasi di wilayan yang telah siap dengan infrastruktur penggisian bahan bakar hydrogen, seperti Jepang, Jerman, Amerika Serikat. Dan, kemudian menyebar di beberapa negara  termasuk Indonesia,” ujarnya.  Yon