blank

SEMARANG – Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang melepas sebanyak 802 wisudawan untuk jenjang Sarjana (S1), Magister (S2) dan Doktor (S3), Sabtu (29/1/2022) di Kampus Jalan Kaligawe.

Pada wisuda ke 83 yang dikemas dalam rapat senat terbuka ini, ada kisah ispiratif yang berasal dari wisudawan. Adalah Muhammad Feri Fathoni lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Nurul Lailiyah juga dari FKIP, Prodi Pendidikan Matematika.

Meski keduanya berasal dari keluarga sederhana, namun mereka berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana lewat Jalur Bidik Misi dan kini berhak menyandang gelar SPd.

Bahkan mereka pun mendapatkan beasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) dari Unissula sampai selesai. Feri dan Nurul nampak bahagia saat menerima beasiswa dari rektor.

Feri adalah anak yatim dengan sang ibu yang menjadi buruh petik dan kupas bawang di Desa Tlogoharum, Kecamatan Wedarijaksa, Pati. Namun dengan tekat kuat, dia selepas lulus Madrasah Aliah mendaftar kuliah di Unissula lewat jalur Bidik Misi.

Feri adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sang ayah meninggal dunia saat ia duduk di kelas 1 Madrasah Aliyah, hingga meninggalkan duka yang amat mendalam bagi Feri waktu itu. Kondisi Feri yang terpukul sepeninggal ayahnya sempat membuatnya putus asa.

Namun ia berusaha bangkit, membantu meringankan beban ibu dan kakaknya untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Ibu bekerja sebagai buruh petik bawang di sekitar desa tempat mereka tinggal.

Feri terngiang-ngiang petuah gurunya. “Ilmu itu milik Allah, Allah akan mudahkan jalan bagi orang- orang yang mencarinya. Tidak perlu khawatir, pasti akan ada jalannya.” Nasehat yang melecut semangatnya, dan juga atas dorongan sahabat-sahabatnya, ia terus melangkah.

Dengan meminjam komputer sekolah, ia mendaftar kuliah jalur beasiswa Bidik Misi. Alhamdulillah, hasil pengumumannya diterima di kampus Unissula.

Perjuangan di tanah rantau telah dimulai sejak Feri memasuki dunia perkuliahan. Ia belajar di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tidak ingin merepotkan ibu, kuliah sambil bekerja ia lakoni untuk menutup biaya hidup di kota. Menjadi tukang ojek online (Ojol) hingga kurir antar jemput orderan ia jalani. Baginya, pantang mengeluh dan bahkan penghasilannya bisa untuk membantu keluarganya di kampung.

Sedangkan Nurul Lailiyah adalah hanya anak petani sawah sewa. Nurul Lailiyah, anak yatim, karena kehilangan ayahnya sejak kelas 2 Madrasah Tsanawiyah.

Nurul yang berasal dari Desa Mlekang kecamatan Gajah, kabupaten Demak, ini pun bertekad untuk kuliah demi amsa depannya.ia pun mendaftar di Unissula dan diterima lewat jalur Bidik Misi.

Semasa kuliah Nurul juga tercatat sebagai mahasantri di Pesantren Mahasiswa Sultan Agung. Di Pesantren, Ia dikenal sangat santun dan disiplin mengikuti semua kegiatan. Di kampus ia juga aktif berorganisasi, menjadi pengurus di Himpunan Mahasiswa Jurusan, Senat Mahasiswa Fakultas, hingga Forum Bidik Misi Unissula. Ia juga aktif menjadi Tutor Pendidikan Agama Islam (PAI), membimbing adik-adik kelasnya dalam kegiatan membaca Alquran.

Rektor Unissula Drs Bedjo Santoso MT PhD saat melepas para wisudawan mengatakan, dengan menyelesaikan kuliah dan menyandang gelar sarjana, master dan doktor, maka saat kembali ke masyarakat harus bisa mengabdikan diri.

”Kami harapkan lulusan ini bisa memberikan manfaat untuk bangsa dan negara,” jelasnya.

Menurutnya, untuk menjadi berhasil, janganlah santai. Namun, harus siap menghadapi badai kehidupan. ”Di balik tantangan muncul kebahagiaan dan yang pasti harus bermanfaat bagi bangsa dan negara dan kebaikan umat,” paparnya