SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menantang Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jateng-DIY, Aman Santosa dan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Soekowardojo untuk membantunya meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jateng menjadi 7%.
Tantangan itu disampaikan Ganjar saat menghadiri acara halal bihalal di Kantor OJK Regional 3 Jateng-DIY, Jl Kyai Saleh Kota Semarang, Selasa (11/6). Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Jateng yang hanya mencapai 5,14% masih dirasa kurang.
“Itu kuranglah, sudah saatnya kita berlari. Maka tadi saya memberikan tantangan kepada OJK dan BI serta lembaga keuangan lainya, bisa tidak membantu kami menumbuhkan perekonomian Jateng menjadi 7%,” kata dia.
Untuk mewujudkan target itu, dalam waktu dekat Ganjar akan membuat pertemuan rutin dengan OJK, BI, lembaga keuangan dan perusahaan-perusahaan untuk membahas persoalan itu.
“Mungkin minggu depan akan kami gelar pertemuan ini, saya akan sampaikan problem ekonomi di Jateng seperti apa, lalu kontribusi lembaga-lembaga keuangan dan perusahaan ini bagaimana untuk mendorong target itu. Termasuk strategi apa yang harus dilakukan hingga sampai pada regulasi apa yang diperlukan secara khusus,” paparnya.
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Jateng, peran lembaga-lembaga keuangan dan pihak-pihak yang bergerak dalam bidang ekonomi menjadi sangat penting. Dalam pertemuan yang diinisiasinya itu, diharapkan akan memunculkan peran dari masing-masing sektor untuk berkontribusi dan bergerak bersama.
“Semua akan dibahas secara detil, untuk menuju 7% itu berapa investasi yang harus masuk ke Jateng, jenis investasinya apa, tempatnya dimana, insentif apa yang bisa didorong. Kalau dari kami tentu bicara soal regulasi atau kebijakan apa yang bisa membantu investor, mungkin perijinan yang dimudahkan, tata ruang, melakukan tax holiday dan lain sebagainya,” terangnya.
Menurut mantan anggota DPR RI ini, sektor investasi merupakan sektor utama yang dapat digenjot untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Meski begitu, pihaknya tetap akan mempertimbangkan daya dukung lingkungan dan tata ruang agar selalu mencapai keseimbangan.
“Dalam waktu dekat saya diundang ke Jakarta untuk membahas adanya industri besar yang ingin masuk ke Jateng yang membutuhkan lahan sekitar 1000 hektare. Ini salah satu contoh yang membuat saya optimis pertumbuhan ekonomi di Jateng dapat terdongkrak,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan BI Jateng, Soekowardojo mengatakan, tantangan yang diberikan Ganjar tersebut cukup berat. Meski begitu, dengan potensi yang ada, dirinya meyakini angka 7% itu dapat terwujud.
“Tapi tidak bisa dengan jangka pendek, kalau jangka menengah panjang sekitar 3-5 tahun kemungkinan baru bisa tercapai,” ucapnya.
Menurut dia, saat ini angka pertumbuhan ekonomi Jateng berada di angka 5,14%. Jumlah itu masih tertinggal dari pertumbuhan seluruh Jawa yang mencapai 5,66%.
“Jadi, jangka pendeknya yang harus dikejar ya menyamai pertumbuhan ekonomi seluruh Jawa itu, baru kemudian berupaya mengejar target 7% tersebut,” tegasnya.
Meski tantangan itu cukup berat, namun BI dan lembaga keuangan lain di Jateng lanjut dia, akan berusaha sekuat tenaga melakukan akselerasi dalam rangka peningkatan ekonomi tersebut.
“Nanti kami akan membantu memilah, industri dan investasi apa yang cocok di Jateng untuk mendongkrak pertumbuhan itu. Karena selain bicara padat modal, investasi juga harus mempertimbangkan penyerapan tenaga kerja untuk mengurangi angka kemiskinan. Jadi nantinya, selain pertumbuhan ekonomi tercapai, kemiskinan di Jateng juga bisa terangkat,” pungkasnya.