JAKARTA (SUARABARU.ID)– Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, tahun ini ada 105 model kemandirian pondok pesantren, dan pada 2024 nanti akan ada 5.000 pondok pesantren yang menjadi model penguatan kemandirian ekonomi pesantren.
”Kita akan berikan modal, pendampingan hingga manajemen pemasaran,” kata Menag, saat membuka Pesantren Economic Forum, yang mengusung tema ‘Membangun Kemandirian Ekonomi Pesantren Melalui Kolaborasi Inc’, di Jakarta, Rabu (15/12/2021) lalu.
Gus Men, panggilan akrab Yaqut Cholil Qoumas berharap, mitra BUMN dan swasta berkolaborasi bersama pemerintah, dengan menjadi bapak angkat dalam upaya mengangkat kemandirian ekonomi pondok pesantren di Indonesia.
BACA JUGA: Wali Kota Mencanangkan Kampung Religi Kelima di Kota Magelang
”Kita berharap kepada mitra BUMN dan swasta, agar mau menjadi bapak angkat dalam mengungkit kemandirian dan ekonomi pondok pesantren. Kalau ini bisa konsisten, saya optimistis pada waktunya pondok pesantren akan mampu menjadi penggerak sekaligus daya ungkit bagi ekonomi Nasional, sebagaimana yang diharapkan Presiden RI Joko Widodo,” kata Menag lagi.
Pada acara ini, hadir puluhan mitra BUMN, swasta dan pihak pengusaha. Ada juga Dirjen Pendidikan Islam, Direktur PD Pontren, Staf Ahli, Stafsus dan Tenaga Ahli serta perwakilan kementerian dan lembaga.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Muhammad Ali Ramdhani menyampaikan, Program Kemandirian Pesantren ini tidak berhenti pada tahun ini saja. Tetapi akan terus berlanjut hingga 2024, sebagaimana Peta Jalan Kemandirian Pesantren. Sehingga diharapkan pada 2024 akan menjadi tahun kemandirian pesantren yang berkelanjutan.
BACA JUGA: Siamor, Layanan Jemput Lansia Cek Kesehatan Gratis di Kota Magelang
”Pada tahun anggaran 2021, pihaknya telah menyalurkan bantuan inkubasi bisnis sejumlah Rp 37,4 miliar kepada 105 pesantren sasaran. Kami berharap, dengan adanya bantuan stimulan ini, pesantren dapat membangun dan mengembangkan unit bisnisnya sesuai dengan business plan yang telah disusun. Sekaligus akan semakin banyak terwujud pesantren yang mandiri, berdaya, dan memberdayakan,” tutur dia
Sementara itu, Menag Yaqut menyebutkan, pesantren mengemban misi utama yang tidak bisa dipisahkan. Yaitu fungsi pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan ekonomi.
”Dalam forum ini kita akan membahas fungsi pemberdayaan. Pendidikan dan dakwah itu diilustrasikan kolam kecil pesantren, dan pemberdayaan ekonomi adalah kolam besarnya. Jangan sampai kita mengharap kolam yang kecil namun kita melupakan kolam besar,” tutur Menag.
BACA JUGA: Pemkab Demak Juara II Kabupaten Informatif di KI Award 2021
Putra Almaghfurlah KH Cholil Bisri itu pun membandingkan jumlah pesantren di Indonesia yang mencapai 32 ribu, dengan salah satu outlet ritel terbesar di Indonesia yang memiliki 20 ribu outlet.
”Kalau 32 ribu outlet bisa dimaksimalkan, kita bisa bayangkan efek dan dampak ekonomi yang akan terjadi. Bukan hanya pondok pesantren melainkan pelaku usaha dan ekosistem yang ada di dalamnya,” terang Menag.
Belajar dari pengalaman dan peluang itulah, lanjut Menag, Kementerian Agama menjadikan kemandirian pesantren sebagai program prioritas Kementerian Agama. Diakui Menag, program kemandirian pesantren bukanlah sesuatu yang baru atau pertama yang dilakukan.
BACA JUGA: Bedah Rumah, Kapolrestabes Semarang Serahkan Kunci untuk Ngarijo
Sebelumnya program ini juga pernah dijalankan pemerintah bersama kementerian dan lembaga lainnya. Namun program itu dianggap tidak tepat sasaran, dalam rangka mengungkit kekuatan ekonomi pesantren agar bisa mandiri.
”Setelah kami telusuri ada banyak gelaran pelatihan dari pemerintah dan entitas lainnya kepada pondok pesantren, tanpa dibarengi modal. Begitu juga ada yang diberi modal, tapi tanpa ada pelatihan dan panduan, sehingga akhirnya tidak sesuai tujuan,” tegas Menag.
Riyan