(SUARABARU.ID) – Yani Rahardja, tokoh sepak bola asal Kota Salatiga, menyayangkan kegagalan tim sepak bola Jateng pada PON XX Papua.
Skuad asuhan Eko Riyadi gagal ke babak berikutnya, dan malah menjadi juru kunci di belakang Jatim, Sumut, dan Sulsel.
Menurut Yani, pengelolaan tim PON kali ini jauh dari maksimal.
Perhatian dari manajer tim (Edi Sayudi) sangat minim.
Selain itu, anak-anak asuhan Eko Riyadi sedikit sekali dalam melakukan uji coba.
‘’Kegagalan di Papua merupakan tanggung jawab manajer tim sekaligus ketua Asprov PSSI Jateng, Edi Sayudi. Manajer Tim berani memasang target meraih medali emas, tapi dia enggan mengeluarkan biaya dan hanya mengandalkan dana dari KONI Jateng,’’ ungkap Yani, kemarin.
Dosen UKSW Salatiga ini menegaskan untuk berprestasi harus didukung dana yang memadai.
Yani juga kecewa dengan keputusan manajer tim yang memilih pulang daripada menunggui skuadnya yang terlibat pertandingan menentukan melawan Sulsel.
Dalam laga itu, Sulsel menang 2-1 sehingga Jateng menduduki posisi juru kunci.
‘’Semoga hasil buruk ini tidak terulang pada PON mendatang,’’ tuturnya.
Sementara itu, Suyatno, pemilik klub BJL 2000 Semarang, menyatakan Asprov PSSI Jateng wajib melakukan evaluasi dan memberi penjelasan terkait dengan persiapan, pelaksanaan, serta hasil di PON Papua.
‘’Hasil di Papua sungguh memprihatinkan. Manajer tim terlalu percaya diri dalam memasang target merebut medali emas,’’ ujarnya.
Kegagalan tahun ini merupakan langkah mundur karena tim bola Jateng meraih medali perunggu pada PON 2012, dan lolos ke perempat final di PON 2016.
rr