SEMARANG (SUARABARU.ID) – Fly Over Kretek yang diresmikan pada Agustus 2017 diharapkan mampu mengurai kemacetan yang sering terjadi pada pelintasan kereta api, di Desa Paguyangan Bumiayu, Kabupaten Brebes.
Ide pembangunan fly over tersebut berawal dari kejadian setahun sebelumnya, saat terjadi kemacetan luar biasa sepanjang 30 Kilometer pada arus mudik Lebaran 2016, di perlintasan kereta api yang berada di jalur vital, di lintas tengah tersebut.
Hal itu diungkapkan Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Jateng & DIY, Bambang Widjanarko di Semarang, Kamis (26/8/2021).
Bambang mengatakan, baru 3 bulan diresmikannya Fly Over Kretek, sudah terjadi belasan kecelakaan maut yang didominasi oleh kendaraan truk bermuatan berat yang banyak mengakibatkan korban jiwa, sehingga fly over yang merupakan salah satu proyek nasional percepatan pembangunan infrastruktur ini sangat menyedot perhatian masyarakat.
Menurut Bambang, Fly Over Kretek sendiri sudah salah desain. “Celakanya, jalur penyelamat lama yang digunakan sejak 2017 sekitar 700 meter dibawah Fly Over Kretek atau di bekas Terminal Paguyangan, kondisinya sangat jauh dari ideal. Bahkan bisa disebut tidak memenuhi syarat sama sekali, terlalu sempit dan tajam berbeloknya,” ungkap Bambang.
“Jalur penyelamat baru yang dibangun atas rekomendasi KNKT dan digunakan sejak 2019 (500 meter diatas jalur penyelamat lama atau sekitar 200 meter dibawah Fly Over Kretek) sudah menyelamatkan sekitar 70 truk rem blong yang jika diasumsikan tiap kali terjadi rem blong, mengakibatkan 10 korban jiwa. Berarti sudah menyelamatkan 700 jiwa,” kata Bambang.
Untuk itu KNKT berinisiatif untuk berdiskusi bersama BPJN, Korlantas Polri, Polres Brebes, Dishub Provinsi Jawa Tengah, Dishub Kabupaten Brebes, BPTD Wliayah X Jateng & DIY, aliansi masyarakat Save Fly Over Kretek dan Aptrindo Jateng & DIY, tentang Fly Over Kretek di Orange Cafe Paguyangan yang berlangsung pada 25 Agustus 2021 kemarin.
Dalam kesempatan diskusi tersebut, Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan mengungkapkan, banyaknya pengemudi truk yang tidak dibekali pengetahuan memadai tentang fungsi rem pada truk menjadi penyumbang utama kecelakaan akibat human error.
“Ada perbedaan mendasar tentang cara pengereman di jalan datar dengan di jalan menurun,” sebutnya.
KNKT berharap dengan pemasangan beberapa rambu peringatan bisa mengingatkan pengemudi truk untuk menggunakan exhaust brake, gigi rendah dan menunjukkan posisi jalur penyelamat jika sudah terjadi gagal pengereman.
“Kami juga sedang mengusulkan pembangunan satu buah jalur penyelamat lagi, semacam rest area diatas Fly Over Kretek untuk pendinginan rem sebelum masuk fly over,” ujar Wildan.
Sementara dalam acara diskusi forum lalu lintas angkutan jalan kemarin, ditutup dengan pemasangan simbolis rambu jalur penyelamat hasil kerjasama patungan KNKT, BPJN, Dishub Jateng, dan Aptrindo Jateng & DIY.
Ning