SEMARANG (SUARABARU.ID) – Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, memberikan bantuan kepada para porter yang setiap hari bekerja di Stasiun Tawang dan Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, Jumat (6/8/2021) siang.
Bukan tanpa alasan, Wakil Wali Kota Semarang yang biasa disapa Mbak Ita tersebut tersentuh dan tergerak memberi bantuan lantaran beberapa waktu sebelumnya melihat video yang diunggah warga dunia maya terkait kondisi para porter yang harus bekerja ditengah kondisi stasiun dan bandara yang sepi karena kebijakan PPKM.
Atas kondisi puluhan porter stasiun dan bandara dari yang terlihat kesusahan akibat terdampak PPKM di video tersebut mendapat perhatian langsung Mbak Ita dan memutuskan datang langsung memberi bantuan.
“Awalnya saya melihat video menyayat hati terkait kondisi para porter yang bekerja meski kondisi stasiun sepi dan banyak kereta yang di-cancel. Kami dari Pemkot Semarang tergerak, bersama PDAM Tirta Moedal dan pelaku UMKM di Semarang memberikan bantuan berupa sembako dan makan siang kepada saudara kita para porter di stasiun dan bandara ini,” katanya.
Dalam kegiatan pemberian bantuan sembako dan makan siang tersebut, selain Mbak Ita yang turun langsung memberikan bantuan, turut hadir mendampingi Direktur Umum (Dirum) PDAM Tirta Moedal Semarang, Farchan Hilmie, Wakil Kepala Stasiun Semarang Tawang, Daniel Yuniarta, dan Lurah Tanjung Mas, Margo Haryadi.
Mbak Ita mengatakan, di Stasiun Tawang setidaknya ada 60 porter, di stasiun Poncol ada delapan porter dan Bandara Ahmad Yani ada 28 porter yang menerima bantuan. Bantuan tersebut merupakan bentuk kepedulian Pemkot Semarang kepada para porter yang juga terdampak pandemi.
“Semoga bantuan yang diberikan ini bisa meringankan beban saudara kita para porter, apalagi pembatasan PPKM ini banyak perjalanan dan penerbangan yang di-cancel yang berakibat pula pada penurunan pendapat mereka,” katanya.
Sebagai catatan, kebijakan pembatasan PPKM yang diberlakukan pemerintah pusat se-Jawa Bali, menyebabkan banyak perjalanan kereta dibatasi. Dalam sehari saja, di wilayah Daop 4 Semarang hanya ada empat kereta api yang beroperasi dan berhenti di Stasiun Tawang Semarang.
Kondisi ini menyebabkan terdampaknya sejumlah orang yang biasa bekerja di stasiun atau pun di bandara dan berimbas pada pendapatan mereka. Salah satu porter stasiun terdampak, Mujiman, mengaku dirinya selama pandemi mengalami penurunan penghasilan.
Pria 59 tahun yang sudah menjadi porter di Stasiun Tawang selama 29 tahun ini mengaku, banyak rekan sesama porter lainnya terpaksa banting stir ke profesi lain agar dapat bertahan hidup lantaran bekerja sebagai porter saat ini dirasakan sangat sepi.
“Biasanya (sebelum pandemi), bisa angkut barang penumpang sampai delapan kali sehari, tapi sekarang paling cuma dua kali saja, itu pun dapatnya Rp 40 ribu. Saking sepinya, saya tiap bulan hanya berangkat dua kali. Porter yang lain juga sama, bahkan ada yang sampai nyambi kerjaan lain biar bisa bertahan hidup,” katanya.
Mujiman lebih lanjut menambahkan, untuk menopang kebutuhan hidup keluarganya, selain menjadi porter stasiun dirinya terpaksa kerja serabutan apa saja. Salah satunya kerjaan mengisi ulang korek gas, dengan sekali mengisi korek gas dirinya mendapat bayaran Rp1.000.
“Ya lumayan buat tambah-tambah nutup kebutuhan, ngisi korek gas ini paling nggak sampai sore hari bisa ngisi 30 korek hasilnya bisa dapat Rp30 ribu. Yang penting dapat uang dan bisa memenuhi kebutuhan hidup,” katanya.
Hery priyono