JAKARTA (SUARABARU.ID) – Sampai saat ini Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto masih diam dalam penangkapan Menteri Kelautan dan Perikanan dan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Edhy Prabowo.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Edhy Prabowo sebagai tersangka dugaan suap izin ekspor benih lobster pada Kamis (26/11/2020) lalu.
“Justru diamnya Prabowo bisa saja sebuah pengakuan pada dua hal, pertama, ia mengetahui tindakan Edhy dan berada dalam ruang dilema, hendak membela atau tidak,” kata Pengamat Politik Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah kepada RRI.co.id, Senin (30/11/2020).
Kedua, kata ia, Prabowo sedang berpikir keras agar relasi dengan Presiden Jokowi tetap baik, dan tentu mengamankan porsi Gerindra.
“Tafsir lainnya, Prabowo terlihat benar kehilangan hati diri yang selama ini menarasikan diri sebagai tokoh anti korupsi. Faktanya, ia sendiri gagal menjaga nama baik Gerindra atas kasus ini,” ucap Dedi.
Bahkan, kata Dedi, partai yang baru saja merapat ke pemerintah ini, terlalu cepat tertangkap oleh KPK dalam kasus korupsi.
“Tidak ada yang lebih cepat untuk pertama kalinya bergabung dengan kabinet sudah terjerat kasus korupsi, hanya Gerindra hingga hari ini,” kata ia.
Bahkan bungkamnya Prabowo menuai cibiran dari salah satu kader, Arief Poyuono. Menurutnya, jika Prabowo enggan berkomentar apalagi meminta maaf atas kejahatan anak buahnya, maka komitmen dia terhadap pemberantasan korupsi hanya omong kosong.
“Kalau beliau komitmen, ya, harus mundur dari kabinet Jokowi. Kalau enggak mundur ya cuma omdo alias omong doang,” kata Arief kepada wartawan, Jumat (30/11/2020).
KBRN