KUDUS (SUARABARU.ID) – Pemerintah Kabupaten Kudus, menggelontorkan anggaran Rp1,7 miliar untuk memenuhi penyediaan sarana dan prasarana protokol kesehatan di 99 pondok pesantren yang ada di kota Kretek.
Upaya tersebut dilakukan untuk meminimalisir munculnya klaster Covid-19 di dalam pondok pesantren.
“Anggaran sebesar itu, akan digunakan untuk pengadaan berbagai kebutuhan untuk antisipasi penyebaran penyakit virus corona di 99 pondok pesantren di Kudus, seperti alat pelindung diri (APD) maupun kebutuhan lainnya,” kata Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Kudus Syafii, Senin (9/11)
Lebih lanjut, kata Syafii, sejumlah sarpras yang dialokasikan untuk ponpes di antaranya adalah untuk pengadaan masker, alat pelindung wajah, sarung tangan, sepatu boot karet, alat penyemprot, penyanitasi tangan, serta cairan disinfektan.
Selain itu, kata dia, ponpes yang belum memiliki tempat cuci tangan tentunya juga mengajukan bantuan karena kebutuhan untuk menghadapi Covid-19 di masing-masing pondok pesantren berbeda-beda sehingga disesuaikan dengan jumlah santri.
“Kami mencatat dari sejumlah pondok pesantren yang mengajukan bantuan berbagai kebutuhan untuk menghadapi COVID-19 paling rendah mendapatkan anggaran sebesar Rp15 juta dan paling besar Rp90-an juta karena disesuaikan dengan jumlah santrinya,” ujarnya.
Dari puluhan pondok pesantren yang dianggarkan, kata dia, hingga saat ini baru 76 pondok pesantren yang mengajukan bantuan, meskipun hampir semua pondok pesantren di Kudus sudah berkegiatan lagi.
Ponpes dinilai rawan terjadi penularan karena santri berasal dari berbagai daerah di Tanah Air sehingga harus diantisipasi sejak dini agar kasus virus corona bisa ditekan dan tidak muncul klaster baru di pondok pesantren.
Sekretaris Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Kudus Khifni Nasif menambahkan bantuan dari Pemkab Kudus tersebut memang sudah ditunggu para pengasuh pondok pesantren.
“Alhamdulillah Pemkab Kudus sudah merealisasikan bantuan tersebut,” ujarnya.
Terkait dengan penerapan protokol kesehatan di pondok pesantren, kata dia, diupayakan seoptimal mungkin untuk diterapkan meskipun tidak mudah.
“Hal terpenting, santri yang datang sudah menjalani pengecekan kesehatan, kemudian mencuci tangan, memakai masker, dan tidak berkerumun yang tidak diperlukan,” ujarnya.
Tm-Ab